Atambua, Vox NTT-Terik panas matahari di kompleks perumahan warga eks Timor Timur di Desa Leun Tolu, ternyata tidak menyurutkan keceriahan anak-anak untuk menikmati hari-hari mereka di perumahan warga eks Timor Timur di kompleks LP3T Desa Leun Tolu, Raimanuk Belu.
Beberapa orang ibu paruh baya asyik dengan mencuci pakaian di halaman rumah sambil sesekali melepas tawa.
Sepintas, tidak ada persoalan hidup yang sedang dihadapi.
Disaksikan VoxNtt.com, Senin (7/8/17), kompleks yang dipadati dengan rumah-rumah yang sangat sederhana masih jauh dari perhatian pemerintah.
Seorang ibu rumah tangga paruh baya yang meminta namanya tidak dipublikasi menceritakan perjuangannya bersama kelima anaknya bertahan selama 17 tahun di perumahan yang dibangun dari hasil kerja setiap hari.
Kepada VoxNtt.com, ia menuturkan sejak tahun 1999 dirinya bersama saudara-saudaranya yang lain terpaksa meninggalkan rumah di Same karena pergolakan.
Mereka disuruh tinggal di kompleks rumah milik Dinas Pertanian yang kebetulan tidak dihuni.
Saat itu kata ibu itu, rumah milik Dinas Pertanian yang masih kosong hanya tiga unit.
Rumah los panjang itu biasa digunakan apabila ada kegiatan dari Dinas Pertanian Kabupaten Belu.
Sementara jumlah warga yang disuruh tinggal disana lebih dari 500 jiwa.
Karena keterbatasan tempat tinggal terpaksa dalam satu rumah bisa dihuni oleh belasan keluarga.
Kondisi yang sangat sulit ini, membuat ibu paruh baya ini harus bekerja keras. Selain untuk menafkahi hidup, harus berusaha untuk mendirikan sebuah gubuk.
“Saat kami datang, rumah hanya tiga yang kosong. Karena itu kami harus kerja tanam sayur, jagung dan jadi tenaga kerja harian supaya bisa buat rumah,” kisahnya.
Selain kondisi rumah yang tidak memadai, perlengkapan kamar mandi dan wc yang ada di sana masih harus dibenahi.
Ketika ditanya mengenai dukungan pemerintah, beberapa ibu yang saat itu hadir spontan mengatakan bahwa sudah 17 tahun, mereka sendiri berusaha untuk melanjutkan hidup. Meskipun, ketika datang ke Timor Barat, mereka hanya membawa pakaian, bahkan ada yang hanya membawa pakaian di badan.
Kesulitan hidup yang dialami warga eks Timor Timur ini ternyata tidak menyurutkan kesetiaan mereka kepada merah putih.
Walaupun harus tinggal di rumah yang sangat sederhana, namun merah putih tetap berkibar.
Kesetian warga eks Timor Timur pada merah putih tidak diragukan.
Terlihat, sebuah tiang bendera dari bambu dan bendera merah putih yang sudah mulai lusuh tetap tertancap tegak di depan halaman rumah yang sempit.
Ditambahkan, untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga, warga yang tinggal di sana sangat mengharapkan dukungan pemerintah.
“Kami di sini tidak ada tanah. Kami mau berusaha tapi kalau tanah tidak ada terpaksa kami hanya kerja orang punya kebun untuk dapat Abatan. Kalau mau pindah, tidak bisa karena kami tinggal disini karena disuruh pemerintah. Jadi kalau mau pindah juga pemerintah yang harus tunjuk tanah kasih kami,” tutup ibu paruh baya itu yang diamini teman-temannya. (Marcel/VoN)