Bajawa, Vox NTT-Laga final El Tari Memori Cup (ETMC) 2017 yang mempertemukam tuan rumah Perse Ende dan PSN Ngada di Stadion Marilonga Ende, Rabu (9/8/2017) berakhir ricuh. Pertandingan akhirnya diberhentikan pada menit ke 59.
Kericuhan itu mendapatkan sorotan dari anggota DPRD Ngada Yulius Kila Moi dari Partai Amanat Nasional (PAN).
Yulius kemudian membuat surat terbuka untuk Bupati Ende, Marselinus Y. W. Petu.
Berikut isi surat terbuka Yulius yang salinannya terima VoxNtt.com, Kamis (10/8/2017) malam.
Bapak Bupati ende yang saya hormati, sebagai orang Ngada saya harus jujur mengakui bhw Bapak telah berusaha dg maksimal mengomandani perhelatan ETMC 2017 agar boleh diproses dan diakhiridalam konteks tujuan sukses. Sekali lagi Saya sungguh percaya Bapak memiliki komitmen ideal tersebut, namun Bapak dan kita semua telah mengalami tragedi yang sungguh hancur sebagai puncak dari ETMC 2017. Sungguh laga final ETMC 2017 telah sangat ternoda karena panpel, asprof PSSI NTT tidak peka terhadap berbagai situasi dan kondisi sebelum laga final disajikan seperti tumpah ruahnya penonton sampai ke line lapangan hal mana seharusnya sdh diprediksi berpotensi sangat besar mengganggu jalannya pertandingan. Dalam konteks pengelolaan pertanndingan kita semua menyaksikan bahwa wasit tidak lagi mampu memimpin dengan adil karena sering tidak melakukan komunikasi pada asisten wasit hal berbagai kejadian dalam pertandingan. Saya menilai bahwa wasit telah mengalami tekanan psikologis akibat padatnya penonton tepat di sekitar line lapangan sehingga wasit terpaksa memproteksi diri dengan cara seminimal mungkin mengurangi resiko di kanibalisasi oleh penonton tuan rumah.
Pak Bupati, wasit sangat takut pada fanatisme tifosi ruan rumah. Pak Bupati yang saya hormati, saya tak kehilangan respek pada Bapak yang saya kagumi. Hal kejadian di luar lapangan, sebagai orang yang mengalami langsung betapa panpel kurang memiliki komitmen untuk menciptakan kondusifikasi, saya harus membantu Pak Bupati untuk memahami fakta apa adanya. Suporter PSN mengalami situasi yang tidak mengenakan karena harus berjubel dan berdesakkan di pintu gerbang, sementara panpel tak kunjung membuka gerbang masuk karena mereka memaksakan prosedur pemeriksaan ketat sehingga dari ribuan tifosi PSN, mereka paksakan masuk ke teribun setelah diperiksa oleh pihak keamanan sementara pemahaman suporter ngada hal tersebut tidak adil karena pada pintu block lain yang nota bene diperuntukan bagi fans tuan rumah, penonton boleh masuk dg bebas.
Pak Bupati, semua suporter ngada telah disweaping oleh petugas keamanan di kecamatan Nangaroro kabupaten Nagekeo. Akibat prosedur ketat di saat yang tidak tepat, sebagian soperter ngada kemudian merengsek maju dan mendorong pintu gerbang hingga roboh dan suporter ngada masuk ke tribun yang sesungguhnya sudah sesak oleh tifosi ende. Saya tercenung Pak Bupati karena panpel telah tau dan mau membiarkan tifosi PSN harus berjubel sesak di sisa tempat duduk yang amat terbatas. Setelah ada dalam tribun; tifosi ngada kemudian diprovokasi dengan lemparan dengan batu dari luar yang intesitasnya dari waktu ke waktu semakin sering yang menyebabkan sebagian besar fans PSN berhamburan keluar menyelamatkan diri, pada saat itulah terjadi pengrusakan pagar demi menyelamatkan diri masing-masing oleh situasi yang telah tak bisa dikendalikan.
Pak Bupati, kerusakan yang terjadi adalah proteksi pada diri manusia uuntuk menghargai diri dari brutalisme yang diciptakan karena fans ngada memahami harga diri manusia jauh lebih berharga dr sekadar piala dan status juara.
Penyampaian Pak Bupati untuk mengatasi masalah bagi saya kurang pas karena himbauan Pak Bupati yang saya dengar terkesan lebih mementingkan soal menyelesaikan pertandingan ketimbang memeriksa situasi dalam stadion yang tak bisa lagi dikendalikan.
Pak Bupati mungkin tidak diinformasikan bahwa cukup banyak penonton yang cedera akibat terkena lemparan batu, juga Pak Bupati tidak beritahu bahwa ada korban akibat runtuhnya tembok stadion. Sekali lagi panpel saya nilai tidak memiliki komitmen yang cukup untuk menilai dan menyampaikan pada Pak Bupati berbagai situasi keamanan dalam final kemarin sebagai masukan agar perandingan kemarin dihentikan dari awal.
Pak Bupati ini semua adalah ironi yang mendegradasi semua idealisme yang semestinya tersaji, segalanya jatuh ke titik terendah dari suatu obsesi jujur yang kita miliki.
Saya mohon maaf Bapak Bupati Ende, perhelatan ETMC 2017 di ende telah gagal dan jauh dari idealisme sukses.
(Arkadius Togo/AA/VoN)