Maumere, Vox NTT- Saat ini di Sikka sedang terjadi kelangkaan garam. Ini mengakibatkan harganya melambung tinggi.
Garam halus untuk kebutuhan rumah tangga yang sebelumnya dapat diperoleh dengan harga Rp 1000 per bungkus kini naik mejadi Rp 2000 sampai dengan Rp 2.500 per bungkus.
Beberapa pemilik kios yang didatangi VoxNtt.com mengaku sudah sebulan lebih tidak menjual garam lantaran mahal. Apalagi stok di toko-toko yang selama ini memasok kebutuhan garam di Sikka juga tidak ada.
Terkait hal itu, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM, Lukman mengaku telah mengirimkan stafnya untuk melakukan pemantauan ke pasar.
“Saat ini harga garam halus naik dari Rp 3000/kg menjadi Rp 15.000/kg. Ini data terakhir yang kami peroleh dari pasar,” ungkap Lukman di ruangan kerjanya, Jumat (18/8/2017).
Menurut Lukman, kelangkaan garam di pasaran tersebut merupakan dampak dari kelangkaan garam secara nasional.
Selama ini garam halus di Sikka dipasok dari Surabaya. Sementara itu, garam kasar dipasok dari Bima dan Kaburea.
Lukman mengaku sudah mengecek ke beberapa toko yang disebutnya sebagai pemasok garam halus namun stok sedang kosong.
Para pemasok garam yang dimaksudkannya diantaranya UD Perkasa, Toko Bunga Teratai, Kemah Berkat, dan Toko Nita.
“Kita lihat bagaiman kondisinya, kalau mendesak maka kita akan datang garam dari luar. Hanya nanti terkendala lagi apakah garam di Surabaya ada atau tidak,” terangnya.
Hasil pantauan VoxNtt.com ke beberapa pemasok garam, mereka mengaku sudah dua bulan kesulitan mendatangkan garam.
Pemasok selama ini menjual garam halus per pack dengan isi 20 bungkus seharga Rp 9000 – Rp 12.000 per pack.
Belakangan harga garam naik sehingga pemasok melepas garam halus seharga Rp 25.000 per pack.
Kelangkaan garam tersebut sangat disayangkan oleh warga Sikka.
Mus Muliadi, seorang pemuda dan pegiat sosial menilai kelangkaan garam diakibatkan karena Pemda Sikka selama ini tidak berupaya mendorong produksi garam rakyat di Sikka.
Menurutnya, ada potensi garam rakyat di Sikka yang harus diperkuat seperti garam olahan pengrajin garam di Kampung Garam, Kota Uneng, Maumere.
Menurutnya, para pengrajin garam tersebut selama ini kesulitan menghasilkan garam halus karena terbebani biaya produksi lantaran harus membeli garam kasar dari Nangahale, Kaburea atau Bima.
“Kalau mereka difasilitasi untuk memiliki tambak secara kelompok, kita bisa mulai memperkuat garam lokal sambil mendorong rakyat mengusahakan garam di daerah lain di Sikka,” tegasnya kepada VoxNtt.com, Sabtu (19/8/2017). (Are De Peskim/AA/VoN)