Labuan Bajo, Vox NTT-Dinas Tanaman Pangan, Hultikultira dan Perkebunan Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) meminta para petani di Desa Nggilat, Kecamatan Macang Pacar untuk menjadi desa swasembada Kedelai.
Permintaan itu disampaikan Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hultikultura dan Perkebunan Kabupaten Mabar, Anggelus Gapul di hadapan petani Kedelai Desa Nggilat, Senin (21/8/2017) usai panen simbolis tanaman Kedelai di desa itu.
Lima Kelompok Tani (Poktan) Kedelai Desa Nggilat bulan Agustus 2017, berhasil memanen 50 Ton lebih Kedelai dengan luas area 50 Hektar Area (Ha).
Gapul pun meminta agar petani Kedelai di Desa Nggilat itu dapat meningkatkan intensitas pertanaman, guna mendukung pencapaian target program upaya khusus (upsus) swasembada kedelai.
“Kita harapkan agar petani Kedelai di Desa Nggilat untuk jadi penangkar Kedelai. Dengan target pada musim tanam berikutnya, petani kedelai di Desa Nggilat dan petani dari luar mengambil bibit Kedelai dari Desa Nggilat,” harapnya.
Untuk menjadi penangkar kedelai kata dia, terlebih dahulu Kedelai dari Desa Nggilat diuji di Laboraturium. Jika lulus pada uji Labolaturiun, maka akan mendapatkan label.
“Saya hanya minta dari 50 ton lebih hasil panen Kedelai, 25 Ton kedelai bisa menjadi bibit Kedelai yang berlabel. Sehingga, untuk Kabupaten Mabar, seluruh bibit Kedelai diambil dari Desa Nggilat,” ujarnya.
Untuk menyukseskan Desa Nggilat menjadi desa swasembada Kedelai, dia mengajak seluruh warga Desa Nggilat untuk terus menerus tanam Kedelai.
Dia mengaku, Pihaknya siap membantu bibit Kedelai berlabel, jika masyarakat Nggilat menyiapkan lahan. Untuk program Upsus tahun 2017, Kabupaten Mabar menargetkan tanam kedelai pada area seluas 2. 000 Ha.
Baca:Puluhan Petani Kedelai di Macang Pacar Butuh Mesin Pompa Air
Sedangkan realisasi luas tanam Kedelai hingga Juni 2017, mencapai 700 Ha. Menurut dia, realisasi luas tanam Kedelai tidak mencapai target 2. 000 Ha dikarenakan Poktan Kedelai kewalahan mendapatkan bibit Kedelai berlabel.
“Kita harapnya, pada musim tanam berikutnya untuk Mabar, bibit kedelai berlabel tidak didatangkan dari Bima, NTB. Melainkan dari Desa Nggilat,” katanya.
Ketua Poktan Tunas Harapan Nggilat, Agus Munggal mengaku, selama ini petani Kedelai di Desa Nggilat mengeluh dengan harga Kedelai di pasar yang cukup rendah.
Pengepul Kedelai di Nggilat hanya mampu membeli Kedelai Rp 4. 000/ Kg. Para petani terpaksa menjual ke pengepul, karena para petani tidak mampu menemukan harga pasar yang menjanjikan.
Apalagi berbagai persoalan yang dihadapi petani Kedelai di Desa Nggilat, seperti tidak adanya pompa air untuk tanaman Kedelai.
Selain itu, para petani Kedelai di Nggilat diperhadapkan dengan kondisi ekonomi yang kurang membaik, sehingga meminjam uang kepada pengepul Kedelai sebelum para petani Kedelai panen.
“Kita ambil uang di pengepul untuk kebutuhan kita. Begitu panen Kedelai, kita langsung jual di pengepul dengan harga murah,” tutur Agus.
Dia berharap, Pemkab Mabar membuat regulasi untuk membantu para petani sehingga menemukan harga pasar Kedelai sesuai yang diharapkan petani.
Untuk diketahui, puluhan Hektar tanaman Kedelai di sejumlah kecamatan di Mabar tidak tumbuh lantaran curah hujan yang tinggi. (Gerasimos Satria/VoN)