Maumere, Vox NTT- Lima desa di Kabupaten Sikka menjadi pilot project Sistem Informasi Desa Terintegrasi yang diselenggarakan oleh Shoes for Flores yang bekerja sama dengan Seknas Fitra, dan Prakarsa Desa serta didukung Frederich Ebert Stiftung (FES) dan Kemenko PMK RI.
Kelima desa tersebut adalah Desa Langir, Kecamatan Kangae; Desa Geliting dan Desa Waiara, Kecamatan Kewapante; serta Desa Waibleler dan Desa Hoder, Kecamatan Waigete.
Pada tahap awal, utusan masing-masing desa yang terdiri atas Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara Desa, BPD dan Operator IT akan mengikuti workshop Penguatan Aparatur Desa Dalam Implementasi Kebijakan Pro Poor dan Iklusif.
Workshop berlangsung dari 22-24 Agustus 2017 di Hotel Pelita, Maumere.
“Kabupaten Sikka masih termasuk daerah yang miskin dan ini menjadi satu pertanyaan bagi kami mengapa Sikka yang kaya akan sumber daya alam ternyata masih miskin. Dana desa menjadi kesempatan bagi desa untuk melakukan perubahan,” terang Miyan Manurung dari Frederich Ebert Stiftung kepada VoxNtt.com di Pelita Hotel, Maumere, Selasa (22/8/2017).
Para aparat desa tersebut akan berlatih menggunakan aplikasi yang berkaitan penganggaran.
Aplikasi tersebut dimaksudkan agar sistem informasi desa terintegrasi sesuai dengan sistem keuangan desa.
Pada salah satu sesi workshop, FES, Prakarsa Desa, Shoes for Flores dan Seknas Fitra akan berkunjung ke desa-desa dan melihat secara langsung data serta melatih para aparat desa.
“Data-data yang nanatinya dimasukkan bukannya hanya terkait demografi semata melainkan juga penganggarannya,” ungkap Yenti Nurhidayat dari Seknas Fitra.
Lebih jauh Yenti mengemukakan dua faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan di desa.
Pertama, keterbatasan sumber daya manusia baik itu di desa maupun di level kabupaten. Kedua, regulasi yang tumpang tindih.
Dirinya menilai saat ini yang menjadi masalah adalah tidak ada sistim informasi desa yang baik.
“Urusan desa membangun itu harus dilihat sebagai suatu proses yang bertumbuh. Kalau sekarang aparatur desanya yang harus diperkuat maka kita perkuat aparatur desanya,” tegas Yenti.
Selanjutnya, para aparat desa tersebut akan didampingi secara intens. Pada tahap awal aplikasi yang dimaksudkan masih bersifat off line. Akan tetapi, kedepannya akan diarahkan ke model on line.
Sementara itu, Kepala Desa Langir, Ari Andale yang turut mengikuti workshop tersebut mengaku senang bisa diberi kesempatan belajar.
“Selama ini kita kewalahan bagaimana menyebarkluaskan informasi terkait penganggaran kepada masyarakat. Harapannya dengan aplikasi yang nanti diujicobakan tersebut kendala tersebut bisa diatasi. Transparansi selanjutnya akan mendorong partisipasi masyarakat dan pebangunan di desa,” terang Ari kepada VoxNtt.com usai mengikuti seminar awal di Hotel Pelita, Maumere, Selasa. (Are De Peskim/AA/VoN)