Soe, Vox NTT-Ahusat Baunsele, warga RT/RW:02/01, Kelurahan Nonohonis Kabupaten TTS tega membiarkan istrinya, Meri Lasa tenggelam di Embung Sonabesa yang terletak di RT 16/RW 05 dusun D Desa Tubuhue, Kecamatan Amanuban Barat, KabupatenTTS.
Meri dibiarkan tewas tenggelam, Senin (3/9/2017) dini hari sekitar pukul 03.00 wita disaksikan oleh suaminya yang seharusnya menjadi penolong baginya.
Kepada media, di RSUD Soe, Senin (3/9/2017) Ahusat menuturkan, dirinya tidak menolong pada istrinya dengan alasan tidak bisa berenang dan juga takut akan diperlakukan kasar oleh istrinya, sebab isitrinya sedang mengalami gangguan jiwa.
“Saya tidak bisa memberikan pertolongan karena saya tidak bisa berenang dan saya juga takutnya dia tarik saya ke dalam air yang dalam apalagi pada saat itu otaknya sedang terganggu,” kata Ahusat.
Sebelum ajal menjemput tutur Ahusat, sekitar pukul 03.00 wita istrinya keluar rumah dan menuju ke Embung yang berjarak 100 m dari kediaman orangtuanya.
Dirinya sempat menahan korban yang hendak masuk ke kolam yang kedalamannya, berkisar 5 meter tersebut. Usaha untuk menahan istrinya sia-sia, dirinya takut digigit oleh istrinya karena sehari sebelumnya Ahusat mengalami luka pada kedua tangannya, akibat gigitan istrinya itu.
“Saya hanya ikuti dia dari belakang sewaktu ke embung itu. Saya sempat menahan, tapi tidak bisa. Dia masuk ke dalam kolam embung itu, dan saya tidak bisa bantu karena tidak bisa berenang dan takut dia hela saya juga, ke dalam air akhirnya saya tidak tolong bisa dia,” katanya.
Setelah melihat istrinya tenggelam, Ahusat meminta tolong kepada warga sekitar termasuk melaporkan kejadian tersebut kepada polisi untuk mengangkat Meri Lasa, yang sudah tidak bernyawa.
Sebelum tewas tenggelam lanjut Ahusat, Rabu (30/8/2017) istrinya berangkat ke kupang dan menginap di rumah milik adiknya Fransiskus Eni. Dirumah adiknya tersebut ,Meri sempat membuat keributan.
Hal tersebut diakui Fransiskus Eni, yang memilih mengantar pulang Meri ke rumah orangtuanya di Tubuhue.
“Waktu di Kupang dia sempat ribut di rumah, makanya saya antar pulang dia ke rumah orang tuanya di Tubuhue,” terang Eni.
Soal adanya gangguan mental pada Meri, juga diakui om kandung korban Ibrahim Nubatonis. Menurut Ibrahim, sepupunya tersebut mengalami gangguan mental sejak beberapa hari yang lalu.
“Saya lihat memang beberapa hari yang otaknya sudah tidak normal, sering berteriak sembarang. Mungki itu penyakit turunan karena mamanya juga otaknya tidak beres,” jelas Ibrahim.
Berdasarkan hasil pemeriksaan luar, atau visum et repertum yang dilakukan dr. Ani Otu, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.
“Tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban berdasarkan pemeriksaan kita. Jadi kemungkinan besar korban meninggal karena tenggelam,” jelas Ani Otu usai pemeriksaan pada tubuh korban di RSUD Soe, Senin (5/9/2017).
Bersama aparat kepolisian Resort TTS, jenasah Meri dibawa pulang ke rumah orang tuanya untuk persiapan pemakaman. (Paul/VoN)