Labuan Bajo,Vox NTT-Unsur Muspimda Manggarai Barat (Mabar) yang dipimpin oleh Wakil Bupati, Maria Geong melakukan panen padi pertama di lahan seluas 15 hektare yang menggunakan sistem tanam Jajar Legowo (Jarwo) Super di Handel, Desa Compang Langgo, Kecamatan Komodo, Kamis (7/9/2017).
Dalam panen perdana sistim legewo super tersebut juga hadir , Perwakilan Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian (BPTP) NTT, Yakub Hulik
Sistem tanam Jarwo Super itu baru pertama kali dicoba di Kabupaten Mabar . Dalam panen Musim Tanam (MT) kedua kali ini, ada tiga varietas, yaitu Inpari 30, Inpari 32 dan Inpari 33.
Luas area padi Inpari 30 seluas 5 hektare dengan produksi sebanyak 9,68 ton per hectare. Inpari 32 luas area 5 hektare dengan produksi 10 ton per hektare dan Inpari 33 sebanyak 10,8 ton per hektare dengan luas area 5 hektare.
Wakil Bupati, Maria Geong mengapresiasi kepada penyuluh dan kepada para petani di Handel yang sukses menanam padi dengan sistem legowo super dengan hasil yang melimpah itu.
“Jangan hanya sampai disini, kalau hasil panennya bagus, lebih baik mengunakan benih dan sistem ini terus,’’katanya.
Dia mengaku dalam waktu dekat akan dibentuk UPTD benih yang khusus menangani benih di Kabupaten Mabar.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hultikultura Kabupaten Mabar,Angelus Apul dalam kegiatan panen secara simbolis itu menyampaikan penggunaan sistem tanam jajar legowo (jurong 2:1) super terbukti lebih meningkatkan hasil panen dari pada penggunaan sistem konvensional atau tradisional yang biasa digunakan sebelumnya oleh para petani di Kampung Handel.
“Sebelumnya petani di Handel dengan mengunakan sistem tradisional hanya mampu hasil panen 5 ton per hektare. Sekarang dengan sistem tanam Legowo Super dengan Tiga Variater tadi mampu hasil 10 ton per hektare,’’ ujar Apul.
Apul berharap agar para petani di Kabupaten Mabar untuk mengunakan sistem tanam jajar legowo super dengan tiga variater tadi.
“Para petani yang ada di kecamatan lain, bisa datang membeli benih Inpari 30,32 dan 33 di Handel. Para petani siap menjual benih,’’ katanya.
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di lahan itu, Hironimus Emilianus Joma, mengatakan keunggulannya mulai dari sarana yang dipakai, termasuk pupuk hayati dan sistem tanam pola Legowo 21 Super.
“Ini baru masuk MT Kedua, petani sudah melihat hasilnya.Pada MT satu, para petani berjanji akan mengunakan sistem Legowo Super,’’ katanya.
Petani Keluhkan Debet Air irigasi
Petani di Handel mengaku yang menjadi kendala selama ini debet air dari saluran irigasi sangat kurang.
Padahal pada MT Kedua seperti pada bulan Juli dan Agustus saat itu pihaknya sangat membutuhkan air untuk sawah.
“Kita hanya kendala debit air yang kurang saja,’’ tutur Vinsen.
Meski kekurangan air, Vinsen tetap mengaku hasil panen dengan mengunakan sistem Legowo super hasil panen dua kali lipat.
“Ini baru kami gunakan metode tanaman seperti ini.Biasanya hasil panen sekitar 6 ton per hektare,’’ ujarnya.
Dia berharap agar pihak irigasi dalam mengatur air ke persawahan Handel untuk diatur secara baik. Agar air tidak menjadi persoalan utama bagi petani di Handel. (Gerasimos Satria/AA/VoN)