Bajawa, Vox NTT- Ketua Asosiasi Wartawan Ngada (Aswan), Emanuel Djomba mengajak semua pihak di kabupaten itu untuk giat mengkampanyekan gerakan ‘Literasi Media’.
Menurut dia, dengan Literasi Media akan mampu menyikapi dengan bijak dan cerdas penyebaran informasi yang tak terkendalikan.
Itu terutama isu radikalisme, terorisme dan intoleran yang bertentangan ideologi pancasila.
Emanuel menyampaikan hal itu dalam dialog bertajuk “Meningkatkan Semangat Nasionalisme dalam Mencegah dan Menangkal Radikalisme dan Terorisme” yang digelar oleh Lembaga Penyiaran Publik Radio Siaran Pemerintah Daerah Ngada di Bajawa, Rabu (13/9/2016).
Dia menjelaskan, peran media dalam memberikan informasi kepada masyarakat harus berangkat dari sumber terpercaya dan tentu saja sesuai fakta.
“Media harus hadir memberikan kesejukan, jangan hadir memberitakan sesuatu yang tidak jelas apalagi sampai menimbulkan keresahan,” tegas salah satu pegiat literasi itu.
Dia menyatakan Literasi Media penting dilakukan. Sebab, ia dinilai sebagai suatu budaya cerdas untuk memahami, menganalisis, dan mendekonstruksi pencitraan media.
Kemampuan untuk melakukan hal ini ditujukkan agar pemirsa sebagai konsumen media, termasuk anak-anak menjadi sadar tentang cara media dikonstruksi dan diakses.
Selama ini, lanjut Emanuel, dirinya menggelar berbagai pelatihan jurnalistik kepada siswa dari SMP sampai Perguruan Tinggi, guru dan kalangan umum juga menjadi kiat dalam literasi media.
“Melalui kegiatan ini, anak-anak dan generasi muda didampingi bagaimana memeroduksi informasi dan mempublikasikannya dan bagaimana menanggapi berbagai informasi yang terakses melalui media, terutama gempuran media sosial,” jelasnya.
Dikatakan, kendati fungsi filter media mainstream ada di redaktur, namun ketika dipublikasikan di media sosial dilakukan oleh orang perorang.
Karena itu, Literasi Media menjadi kiat dalam memelekan publik, sehingga dapat mengakses media secara cerdas.
“Di hulu sebagai upaya preventif Literasi Media merupakan wahana eduaksi publik cukup efektif. Hanya pertanyaannya apakah semua pihak mau bergerak atau tidak. Termasuk kebijakan anggaran dalam bidang literasi ini,” ujar Emanuel.
Sementara Kasat Bimas Iptu Oktofianus P. Abor, nara sumber lain dalam dialog tersebut menjelaskan faktor yang dapat menyebabkan seseorang dapat terjerumus ke dalam paham radikalisme dan terorisme dikarenakan dengan menyentuh ideologi, kepribadian mudah terpengaruh, serta komunitas yang mendukung.
“Hal ini bisa merusak kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia, dan NKRI merupakan harga mati,” kata Iptu Oktofianus. (Arkadius Togo/AA/VoN)