Ruteng, Vox NTT- Robert Soter Marut, salah satu bakal calon gubernur NTT 2018-2023 akhirnya angkat bicara, terkait konsep UTUH (urgen, tangguh, unggul, harmonis) miliknya untuk membangun provinsi itu.
Konsep UTUH tawaran Robert Marut tersebut dikabarkan sama persis dengan tagline pasangan Cagub-Cawagub jalur independen Christian Rotok- Abraham Paul Liyanto (CristAL) saat bertarung dalam Pilgub NTT 2013 lalu.
Pada alat peraga kampanye paket nomor urut tiga itu tertulis, “CristAL dari rakyat untuk rakyat NTT meweujudkan NTT yang UTUH (urgen, tangguh, unggul, harmonis).
Robert Marut sendiri membatah konsep UTUH jualannya untuk membangun NTT sama persis dengan tagline paket CristAL tersebut.
“Meskipun kelihatannya sama dengan yang pernah dipakai oleh pasangan calon gubernur sebelumnya (CristAL), tetapi saya kira pemaknaannya sangat berbeda,” ujar Purnawirawan TNI AU yang terakhir menjabat Perwira Tinggi Markas Besar TNI AU itu dalam rilis yang diterima VoxNtt.com, Minggu (17/9/2017) malam.
Dia beralasan, pertama, pendekatan UTUH miliknya didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang topik-topik pembangunan kontemporer. Pembangunan itu seperti human development, human security, perubahan iklim, community development (pemahaman yang mutakhir) dan sustainable development goals (SDGs).
Kedua, sebagai seorang yang berlatarbelakang engineer dan militer, Robert Marut terbiasa menggunakan pendekatan sistem, integrative dan kolaboratif.
Menurut dia, masalah-masalah pembangunan utama di NTT perlu menggunakan pendekatan yang sistemik, integrative dan kolaboratif.
“Istilah boleh sama, tetapi kalau pemaknaannya berbeda, tetap beda. Orang melihat NTT juga berbeda-beda, dan saya melihat NTT sebagai Nusa yang tangguh-trengginas, yang siap menghadapi segala tantangan dan perubahan masa kini dan masa depan, dan manusianya akan siap menaklukkan dunia jika mereka memilih Gubernur yang tepat saat ini,” ujar pria kelahiran 22 April 1959 di Todo Kecamatan Satarmese Utara Kabupaten Manggarai itu.
Robert Marut mengaku kata UTUH itu sudah sering mereka gunakan di dalam pertemuan-pertemuan, kursus dan pendidikan.
Rangkaian kegiatan tersebut terutama membahas tentang human development, human security, perubahan iklim, community development dan bahkan dalam pengembangan system perencanaan dan pengawasan berbasis elektronik.
Sekitar tahun 2010 – 2012, mereka sering terlibat di dalam diskusi-diskusi tentang topik-topik disebutkannya. Diskusi terakhir yakni tentang SDGs.
Penjabaran kata UTUH sebagai slogan politik pun lanjut dia, tidak terlepas dari pengaruh dari pendekatan-pendekatan yang diperkenalkan di dalam topik-topik pembangunan kontemporer tersebut.
“Setelah diberitahu oleh Vox NTT tentang hal ini, saya coba menelusuri di internet, tetapi yang ada hanya tagline saja, tetapi tidak ada pemaparan yang rinci tentang slogan UTUH ini,” ujar Robert Marut.
Istilah yang selalu digunakan dalam pemahaman dan pendekatan yang dipakai untuk perencanaan dan pelaksanaan dari kebijakan-kebijakannya adalah UTUH dalam arti sistematis, holistic dan integrative.
Baca: Terkait Tagline UTUH: Robert Marut Cuek, Christian Rotok No Comment
Tetapi istilah UTUH juga dipakai sebagai singkatan dari kata-kata urgen, trengginas, unggul dan harmonis. Kata trengginas diganti dengan kata tangguh bertujuan agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat awam.
“Bahwa pada waktu itu ada yang Cagub yang menggunakan slogan UTUH, saya tidak tahu sama sekali, tetapi tentu saja senang juga kalau menggunakan slogan itu apalagi degan makna yang cocok untuk pembangunan NTT,” tukas Robert Marut.
Pendekatan Utuh dalam Membangun NTT
Robert Marut mengaku, dia memahami slogan UTUH untuk pembangunan NTT sebagai suatu pendekatan yang sistemik, holistic dan integrative.
Menurut dia, pemimpin di NTT perlu memahami masalah-masalah URGEN yang harus dipecahkan secepatnya. Sebab, dalam pendekatan sistem (system thinking) setiap masalah kecil yang menjadi bagian dari suatu sistem, bisa membawa masalah bagi seluruh sistem.
“Ada ungkapan di dalam pendekatan sistem: “kepak sayap kupu-kupu di Rio de Janeiro menyebabkan tornado di Florida”. Ungkapan ini bermakna bahwa gerakan kecil atau tidak bergeraknya suatu unsur kecil di dalam susatu sistem bisa menyebabkan gerakan yang sangat besar atau tidak bergeraknya sama sekali suatu system,” ulas Robert Marut.
Dia menyebutkan masalah-masalah urgen di NTT misalnya: gizi buruk, kemiskinan dan kekeringan.
Bagi Marut, gizi buruk dan kemiskinan bisa menghilangkan semua harapan akan masa depan yang cerah bagi masyarakat NTT, jika saat ini tidak segera ditangani secara sistematis.
Kalau ibu hamil dan anak balita mengalami gizi buruk, lanjut dia, sulit diharapkan akan ada generasi masa depan manusia NTT yang cerdas. Masyarakat sulit mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Karena itu, harus ada perencanaan dan program tersendiri untuk memecahkan masalah gizi buruk ini dari tahun ke tahun.
Demikian pula kekeringan. Menurut Robert Marut masalah kekeringan sudah menahun di NTT. Dia menimbulkan masalah yang bertentangan untuk masyarakat.
“Seharusnya pemerintah daerah menjadikan kekeringan sebagai masalah yang urgen dan memecahkannya secara sistematis,” ujarnya.
Untuk mengatasi malah kekeringan itu, Robert Marut menawarkan dua pendekatan.
Keduanya yakni, dari udara dengan progam hujan buatan dan dari darat dengan membangun penampungan-penampungan air. Sumbernya dari hujan dan dari proses pengubahan air laut menjadi air tawar dengan metode reverse osmosis.
“Metode yang terakhir ini bisa dengan menggunakan teknologi tepat guna yang sudah dipakai oleh beberapa LSM di NTT dalam skala kecil, dan juga bisa menggunakan cara kolaborasi dengan perusahaan-perusahaanbesar untuk skala besar,” katanya.
Selanjutnya TANGGUH, atau dalam ketahanan nasional sering menggunakan istilah trengginas.
Marut menjelaskan tangguh tersebut dimaksudkan agar seluruh sektor pembangunan yang dikembangkan di NTT didorong untuk masyarakat. Sektor-sektor itu harus tangguh atau resilient terhadap tantangan-tantangan dan perubahan-perubahan yang dihadapi.
Karena itu, pemilihan sektor-sektor ungulan harus diprioritaskan sebagai penggerak utama di dalam pembangunan. Diperlukan juga pertimbangan potensi sektor-sektor tersebut untuk membangun masyarakat yang tangguh terhadap tantangan dan perubahan.
“Dan bahkan bisa membuat masyarakat NTT menjadi pelaku perubahan atau yang menjadi pionir di dalam perubahan-perubahan tersebut, baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan,” tukas Robert Marut.
Untuk membangun masyarakat dan sektor-sektor pembangunan yang tangguh diperlukan pendekatan yang integrative dan kolaboratif.
Masyarakat bisa bebas dari gizi buruk kalau dibangun kerja sama yang integrative antara dinas-dinas yang menangani masalah pangan, baik produksi maupun distribusi. Di satu pihak puskesmas dan pemerintah desa, dan di pihak lain sektor bisnis dan perguruan tinggi untuk kepentingan penelitian dan pengembangan, serta managemen pengetahuan (knowledge management).
Dalam situasi dewasa ini di mana perubahan berjalan cepat, diperlukan pendekatan yang sistematis, kolaboratif dan integrative dalam menghadapi tantangan dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.
Lalu, Pendekatan UNGGUL. Robert Marut menjelaskan unggul dimaksudkan bahwa setiap aspek pembangunan perlu mempertimbangkan keunggulan masing-masing wilayah.
Hal itu baik keunggulan dalam bidang ekonomi, sosial, budaya maupun dalam hal pilihan-pilihan yang dibuat secara kolektif oleh masyarakat setempat.
Dia menjelaskan, penelitian dari World Food Program bekerja sama dengan Kementerian Pertanian dan Pemerintah Provinsi NTT tahun 2015 menunjukkan tren yang menarik antara produksi padi dan jagung dan tingkat kemiskinan.
Kendati begitu, lanjut dia, di daerah-daerah yang produksi serealianya meningkat tiap tahun, tingkat kemiskinan justru tinggi. Sementara di daerah-daerah yang produksi padi dan jagung menurun justru tingkat kemiskinannya rendah.
“Tentu saja tidak bisa disimpulkan bahwa produksi serealia berhubungan dengan kemiskinan, tetapi data dari penelitian ini perlu menjadi referensi bahwa kemiskinan tidak hanya bisa dipecahkan dengan peningkatan produksi serealia (padi dan jagung), tetapi juga dengan mendorong pembangunan sektor-sektor unggulan di masing-masing daerah,” kata Robert Marut.
Dikatakan, sektor unggulan bisa dilihat secara mikro untuk kepentingan satu daerah yang lebih kecil, tetapi juga bisa untuk cakupan yang lebih luas.
Misalnya, sebut Marut, pengembangan pariwisata Komodo yang bisa memicu pembangunan di wilayah Flores dan Sumba.
Sementara keunggulan yang bisa memicu pembangunan di wilayah Timor secara khusus dan NTT secara umum adalah segitiga Kupang – Dili – Darwin.
Dan terakhir HARMONIS. Hal ini dimaksudkan sebagai koordinasi dan kolaborasi antara satu kabupaten dengan kabupaten yang lain dan satu sector dengan sektor yang lain.
Selain itu, koordinasi dan kolaborasi antara pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan masyarakat desa.
Menurut Robert Marut, Pemerintah provinsi mempunyai tugas untuk membangun koordinasi yang baik antara satu kabupaten dengan kabupaten yang lain.
Dengan koordinasi, maka bisa secara bersama-sama mendorong percepatan pembangunan dan pemecahan masalah-masalah yang urgen di NTT seperti gizi buruk, kemiskinan dan kekeringan.
Demikian pula koordinasi dengan sektor bisnis, perguruan tinggi dan LSM, yang sudah lama menjadi aktor-aktor utama, baik langsung maupun tidak langsung dalam pembangunan di NTT. (Adrianus Aba/VoN)