Maumere, Vox NTT- Pengamat politik pada Institute for Resource Governance and Social Change (IRGSC), Rudi Rohi menilai saat ini masyarakat NTT sedang mencari pemimpin serupa Jokowi dan Ahok.
Oleh karena itu, isu primordial tidak lagi menarik bagi sebagian besar masyarakat pada Pilgub NTT 2018 mendatang.
“Isu primernya adalah masyarakat sedang mencari pemimpin dengan standar Jokowi atau Ahok,” terangnya saat dihubungi VoxNtt.com, Sabtu (23/9/2017).
Selama 3 kali Pilgub NTT sebelumnya faktor etnik dan agama sangat kuat pengaruhnya dalam penentuan kandidat pada level partai politik dan pilihan masyarakat.
Pasangan kontestan yang tampil dalam Pilgub biasanya merepresentasikan perpaduan etnik dan agama.
Kombinasi Timor dan Flores, Flores dan Timor, Rote dan Flores, serta Katolik dan Protestan sudah bukan merupakan hal baru.
Lebih jauh pengajar Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana tersebut menyatakan saat ini politik identitas memang masih berpengaruh di tataran elit dalam menentukan keputusan politik.
Akan tetapi, sebagian besar rakyat telah keluar dari politik identitas terutama untuk konteks NTT yang sangat plural dan toleran.
Terkait perkiraan jumlah paket yang akan tampil dalam Pilgub NTT 2018 mendatang dirinya menduga hanya akan ada 3 sampai 4 paket.
Jumlah paket sangat bergantung pada bentuk koalisi yang dibangun. Bila koalisinya kecil maka ada peluang muncul 4 paket namun bila koalisi gemuk yang dibangun maka hanya aka nada 3 paket.
Sejauh ini beberapa kandidat sudah digadang-gadang akan maju dalam Pilgub nanti.
Ada Benny K Harman, Jacky Uli, Melki Laka Lena, Kristo Blasin, Daniel Tagu Dedo, Ray Fernandes, dan pasangan Eston Foenay-Chris Rotok. Belakangan muncul juga nama lain yakni Marianus Sae. (Are De Peskim/AA/VoN)