Borong, Vox NTT– Kegiatan program pelayanan SIM Masuk Desa (SIMADE) oleh Polres Manggarai di Kisol, Kelurahan Tanah Rata, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) pada Rabu, 3 Oktober 2017 memicu protes warga.
Sekitar pukul 14.00 Wita terjadi aksi protes oleh puluhan tukang ojek kepada anggota Polres yang melayani urusan SIM tersebut. Aksi protes dan perang mulut terjadi saat puluhan tukang ojek mengambil formulir untuk pembuatan SIM.
Protes warga disebabkan karena ketidaksesuaian harga antara yang disampaikan Kapolres Manggarai AKBP Marselis Sarimin Karong dengan anggota polisi yang mengurus SIM tersebut.
Maximilianut Amat, salah seorang yang mengurus SIM kepada sejumlah awak media di Kisol mengatakan Kapolres Marselis memberitahukan bahwa harga pembuatan SIM, yakni Rp 225.000.
Rinciannya jelas dia, sejumlah Rp 105.000 untuk biaya psikologi dan harga SIM sebesar Rp 120.000.
“Namun, saat mau rekam data mereka minta biaya Rp 405.000 katanya untuk uang makan dan rokok,” aku Amat.
Karena itu, dia dan teman-temanya memerotes dan menarik kembali semua berkas.
“Kami menyayangkan penentuan harga yang semena-mena dan tidak sesuai dengan kesepakatan sebelumnya,” tegasnya.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan pihak Polres Manggarai belum berhasil dikonfirmasi terkait perselesihan harga seperti yang disampaikan warga tersebut.
Untuk diketahui, Kapolres Marselis kepada VoxNtt.com sesaat sebelum kegiatan menjelaskan maksud dan tujuan dilaksanakanya SIMADE, yakni untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memeroleh SIM sebagai syarat mutlak mengendarai kendaraan bermotor.
“Daripada harus ke Ruteng to. Habis uang untuk transportasi lagi. Kami nanti akan jalan ke setiap kecamatan. Ke Elar, Sambirampas, Lamba Leda, dan juga kecamatan lainnya. Ini akan berkelanjutan,” ujar Kapolres Marselis. (Nansianus Taris/AA/VoN)