Pelaut dan harapnnya

Segala tentang ziarah adalah laut

laju mengarung dan jauh

sesak pada dada selalu

rindu pada adinda dan ananda

bercermin saja pada birunya laut

tak ada apa-apa…bayangkan

Laut…jangan selalu badai ya

Tenangmu adalah doa penuh harap dari setiap pelayaran

Sejuk sajalah pada setiap perjalan

Telah aku tanam beribu-ribu nazar

Rejeki darimu pada kecintaanku saja

Laut…

Pada birumu selalu juga misterimu

Lapangkanlah jejak-jejak pelayaran

Pelaut yang rindu anaknya

Anakku hidup ini lautan

Jika setiap pergi adalah luka

Maka pada buritanlah tangisku pecah

Hidup ini duri-duri sayang

Yang menikam dada ayah

Jika setiap pergi adalah luka

Maka pada buritanlah tanganku melambai

Membayangkanmu di dermaga dengan dada yang meletup-letup tanya

Lautan ini hidup sayang

Jika kembali pergi adalah ketakutan yang menikam-nikam jiwa

Pelaut yang kangen istrinya

Sayang…

Perjalanan ini mengharu biru

Samudera-samudera membiru

Dan bayangmu menakik-nakik peluk

Rindu peluk hingga seduhan kopi jadi hayalan

Doakan ya sayang

Laut ini rejeki kita….

Boy Sanda, penikmat sastra, saat ini bekerja sebagai staf pengajar pada SMAK Regina Pacis-Bajawa

Laut dan Segala Harap Darinya

Oleh Hengky Ola Sura

Redaksi Seni Budaya Voxntt.com

Membaca puisi-puisi Boy Sanda pekan ini, saya ingat puisi Sapardi Djoko Damono yang berjudul Doa Para Pelaut yang Tabah. Selain itu juga ada puisi dari Chairil Anwar yang berjudul Kabar dari Laut. Saya kira, sebagai penikmat sastra Boy tentunya ikut mendalami Sapardi juga Chairil yang bisa jadi sosok yang dikaguminya.  Tiga puisi yang ditulis Boy hemat saya adalah suatu pencerminan dari segala kerja dan pencaharian yang resekinya adalah dari laut.

Telah aku tanam beribu-ribu nazar

Rejeki darimu pada kecintaanku saja

Laut yang dalam bangun struktur seperti biru, luas, gelombang, buih dan seterusnya adalah dunianya sang pelaut yang daripadanyalah tetap saja misteri. Toh kemisterian laut dan segala isinya tetap jadi daras harap sang pelaut agar laut tempat ia mengais reseki itu tetap melapangkan segala pelayaran.

Mulai dari puisi Pelaut dan harapannya, Pelaut yang rindu anaknya sampai puisi Pelaut yang kangen istrinya adalah puisi-puisi yang bicara tentang pengalaman cinta, rasa rindu, kecemasan, pengharapan. Maka laut dalam pembacaan atas puisi-puisinya Boy adalah satu dunia tempat segala rasa macam kangen, rindu juga kecemasan dan pengharapan itu bercampur aduk.

Puisi-puisi Boy kali ini menyajikan satu dunia yang jauh dari dunianya sebagai seorang guru yang mengajar di kelas tapi dekat sekali dengan semacam perjumpaan tentang dan ada bersama pelaut. Disinilah bisa jadi satu nilai unggul dari puisi-puisi Boy. Seolah tak ada jarak dari dunia seorang guru ketika ikut berkabar dalam puisi tentang dunia seorang pelaut. Maka daya bayang dari Boy yang seorang guru patut diapresiasi. Masih dalam tataran yang sangat kecil yakni ketika guru menulis tentang pelaut tapi tema yang dibahasakan Boy tampak juga ornamen puitik. Artinya selalu terasa aspek estetis dan perhitungan kreatifnya.

Dari Pelaut dan harapannya, Pelaut yang rindu anaknya dan Pelaut yang kangen istrinya kita menemukan bahwa laut dengan birunya yang misteri mengajak kita yang mendalami puisi-puisinya minggu ini untuk ikut juga membaca panorama kehidupan dari laut. Segala hal ihwa tentang laut adalah kesadaran yang secara emotif mencatat bahwa puisi Boy kali ini adalah serupa doa, nyanyian dan juga cara mengingatkan diri untuk setia pada nazar-nazar yang telah iikat. Betapa jauhnya sang pelaut berlayar toh segala tentang cinta juga reseki dari laut hanyalah untuk istri dan anak-anak tercinta.