Bajawa, Vox NTT- Meski pembangunannya sudah menelan anggaran miliaran rupiah, namun lima gedung di Nagakeo hingga kini diduga mubazir.
Kelimanya yakni rumah jabatan bupati, wakil bupati dan rumah dinas pimpinan DPRD Nagekeo.
Selain itu bangunan gedung DPRD Nagekeo yang terletak di Kelurahan Danga Kecamatan Aesesa dan bangunan dua los pasar di Desa Tengatiba Kecamatan Aesesa Selatan.
Untuk diketahun, pembangunan rumah jabatan bupati dan wakil bupati Nagekeo sudah menelan anggaran Rp 1 Miliar lebih. Lalu, rumah dinas pimpinan DPRD Nagekeo sejumlah Rp 2 Miliar lebih.
Selanjutnya, pembangunan gedung DPRD Nagekeo sudah menelan anggaran Rp 10 Miliar lebih dan dua los pasar sebesar Rp 790 juta.
Khusus untuk rumah jabatan bupati dan wakil bupati, serta rumah dinas pimpinan DPRD dan gedung DPRD mubazir dan tidak bisa dilanjutkan lantaran terjadi sengketa lahan.
Sedangkan untuk dua los pasar di Kecamatan Aesesa Selatan tampak mubazir, karena selain letaknya jauh dari jalan utama dan tidak tersedianya jalan masuk, ketiadaan sarana air bersih untuk MCK menjadi pokok utama sehingga para pedagang enggan untuk berjualan di tempat itu.
Menurut pengakuan beberapa warga, dua los pasar yang dibangun pada tahun 2011 lalu dengan sumber dana dari Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Nagekeo itu setelah diresmikan sempat berjalan beberapa bulan.
Namun karena ketidaktersediaan sarana air bersih, akhirnya para pedagang terutama pedagang dari luar enggan untuk datang.
Pantuan media ini, Kamis (26/10/2017) kondisi lima bangunan yang ada sangat memprihatinkan.
Selain ditumbuhi rumput liar yang tingginya sudah mencapai atap, pintu dan jendelanya sudah hancur berantakan.
Dugaan kuat selain karena dirusaki oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, juga sebagian sudah lapuk karena tidak terawat.
Arman Waru salah warga Rendu menyayangkan mubazirnya bangunan-bangunan itu. Bangunan yang sudah menghabiskan dana yang tidak sedikit akhirnya harus ditelantarkan.
Menurutnya kelima gedung tersebut dibangun terkesan hanya membuang-buang uang negara. Hal itu karena tidak didasarkan pada pertimbangan yang matang.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Adrianus Aba