Ende, Vox NTT-Konser seni dan budaya Flores yang diselenggarakan Universitas Flores di Taman Renungan Bung Karno Ende, Flores, NTT pada Senin (30/10/2017) malam menarik perhatian segelintir warga Ende terutama orang muda.
Kendati antusias sedikit kendur, penikmat musik lokal bertahan hingga acara usai pukul 23.30 Wita.
Konser dalam rangka Hari Sumpah Pemuda dihadirkan sejumlah musisi baik dari Flores maupun dari Jawa.
Musisi asal Flores yang sudah mendunia Ivan Nestroman tentu dinanti-nantikan penonton.
Ivan menutup konser bernuansa budaya dengan sejumlah lagu populernya. Mulai lagu Mogi, Kelimutu hingga beberapa lagu daerah Manggarai.
Irama musik klasik hingga musik jazz lokal dipadu lampu panggung jenis scanner lengkap dengan kepalanya yang bisa dimotori mewarnai setiap sajian lagu di pelataran setinggi satu meter lebih itu.
Cahaya lampu membelah hingga disela-sela penonton yang berdiri tegak sekitar pelataran.
Sedangkan paling belakang hanya remang-remang bias cahaya lampu berwarna itu.
Di balik kerumunan penonton, persis di belakang pohon beringin terlihat seorang ibu duduk bengong menunggu pembeli menyambangi lapak miliknya.
Dia adalah Siti Jubaidah Ndari (50), warga asal Bokasape, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende.
Hanya bermodal sebuah pelita dan selembar karung alas barang dagangannya, dia berharap jajakannya bisa terjual semua.
Ada permen dan air gelas menemani keripik pisang yang terkumpul sebelah kanan darinya.
Sesekali, VoxNtt.com mengamati, beberapa orang muda membeli permen dan air gelas. Sedangkan keripik masih tersusun rapi.
“Keripik saya belum laku pa,” sahut Jubaidah panggilan akrabnya.
Lapak Jubaidah sejajar deretan stand promosi yang disiapkan panitia. Sebagian pedagang senasib Jubaidah juga menjajaki jualan di pinggir-pinggir jalan. Mereka tidak disiapkan stand selayaknya.
Setiap malam, Jubaidah kerap membuka lapak dagangannya di trotoar Lapangan Pancasila yang persis di depan rumah jabatan Wakil Bupati Ende.
Kali ini, ia memilih di Taman Bung Karno dimana konser seni Flores digelar.
“Biasanya (jual) di sana tapi malam ini saya di sini,” ujar Jubaidah polos seraya berharap pendapatan lebih besar dari biasanya.
Ia mengaku setiap hari biasa jajakannya bisa laku Rp 30 ribu. Terutama keripik pisang buah tangannya bisa terjual 20 bungkus setiap malam.
“Harga per bungkus hanya seribu rupiah,”katanya.
Saat konser, ibu empat anak ini berharap mengais lebih dari biasanya. Justru terjual hanya 25 bungkus dari 105 bungkus yang disiapkan.
Ia mengaku jajakan tidak laris karena tempat tidak strategis dan gelap.
“Ya, Alhamdullilah, kalau semua terjual. Tapi malam ini hanya sedikit saja,” ujar dia.
Jubaidah berharap konser berikutnya, bisa disiapkan stand khusus untuk pedagang. Sehingga, jajakan bisa diminat orang.
Penulis: Ian Bala
Editor: Adrianus Aba