Mbay, Vox NTT- Presiden Direktur PT Cheetham Garam Indonesia, Arthur Tanudjaja menjelaskan, ada sebanyak 2000 hektare potensi lahan garam yang bisa dikembangkan di kabupaten Nagekeo.
Namun sayangnya, potensi lahan yang tersebar di Kecamatan Aesesa dan Wolowae tersebut belum semua dimanfaatkan.
Kata dia, selama ini pengelolaan garam di Nagekeo telah ada Pabrik Garam dari PT Cheetam Garam Indonesia dengan luas lahan sekitar 500 hektare lebih.
Direncanakan pada tahun 2018 mendatang bisa mencapai 600 hektare lahan garam yang dikelola.
“Selain itu ada juga sebagian masyarakat yang juga mengelolah tambak garam. Jadi tahun depan diperkirakan PT Cheetam Garam Indonesia sudah bisa mengelola lahan dengan luas 600 hektare. Sekarang kami baru mengelolah sekitar lima ratus lebih hektar,” kata Arthur Tanudjaja kepada wak media di aula Setda Nagekeo, belum lama ini.
Arthur mengatakan, ada beberapa variabel suatu daerah bisa dikatakan sebagai penghasil garam. Variabel itu yakni air laut, lahan dan cuaca.
Walaupun air laut banyak, tapi tidak didukung dengan lahan atau cuaca yang baik, tidak mungkin bisa menghasilkan garam.
Selanjutnya, mesti ada investor yang mau menanam modalnya, terutama dalam pengelolaan garam.
“Saat ini , kita lihat dukungan pemerintah sudah ada, namun jangan lupa dukungan masyarakat juga lebih penting. Saat ini sudah mulai positif dukungan dari masyarakat,” ujarnya.
Arthur menjelaskan PT Cheetam Garam Indonesia selama ini telah memroduksi garam di Nggolonio. Namun belum maksimal.
Idealnya pabrik harus bisa beroperasi 24 jam dan bisa menghasilkan garam 15.000 ton/ tahun.
Akan tetapi PT Cheetam Garam Indonesia selama ini baru beroperasi tujuh jam dengan hasil 4000 ton / tahun.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Adrianus Aba