Oleh: Markus Makur
Pekerja Media, Kontributor The Jakarta Post dan Kompas.com
Warga di kampung-kampung di Kecamatan Elar dan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT sudah sepenuh hati memberikan kepercayaan kepada pemimpin untuk menahkadoi ‘perahu’ Manggarai Timur.
Sang kapten perahu itu sudah berlayar hampir sepuluh tahun. Dua periode sang kapten perahu itu merawat dan mengelola perahunya supaya tetap bersih, indah dan aman berlayar sampai pada tujuan dan kembali lagi kepada asal mulanya.
Dua periode warga telah memberikan hak demokrasi untuk memilih pemimpin demi membawa perubahan. Dua kali pemilihan kepala daerah secara langsung di Manggarai Timur, rakyat Manggarai Timur yang tersebar di kampung-kampung sudah memberikan haknya dengan memilih pemimpin.
Pemimpin yang diidolakan mereka akhirnya terpilih. Rakyat berpesta dan euforia kemenangan terjadi di mana-mana. Saat hari kemenangan, warga memadati rumah pemimpin yang diidolakan untuk memberikan selamat sambil merayakan kemenangan dengan makan bersama. Biaya tidak sedikit untuk merayakan kemenangan itu karena logistik dibeli di pasar.
Waktu hari pemungutan suara, rakyat meninggalkan segala pekerjaan demi memberikan hak suaranya serta menusuk calon pemimpin di bilik tempat pemungutan suara (TPS) yang sudah disiapkan panitia atau penyelenggara pemilihan kepala daerah secara langsung. Rakyat bersemangat unutk memilih pemimpin idolanya.
Dengan paku yang sudah disiapkan panitia penyelenggara, pemilih menusuk kertas yang berbentuk segi empat sampai tembus agar dinyatakan sah oleh panitia atau penyelenggara pesta demokrasi tersebut. Sesudah pencoblosan, rakyat kembali ke rumah masing-masing sambil menunggu hasil secara resmi dari penyelenggara pesta demokrasi, apakah calon mereka yang sudah diidolakan menang atau kalah.
Pasca pencoblosan, rakyat kembali mengelola rumah tangga mereka, bekerja di ladang dan sawah untuk memenuhi ekonomi keluarga. Mereka sibuk dengan mengurus rumah tangga mereka masing-masing. Yang berprofesi guru, wiraswasta, jurnalis kembali bekerja sesuai profesi masing-masing. Juga Pegawai Negeri Sipil kembali beraktivitas di kantor masing-masing. Juga para sopir kembali melayani penumpang demi memenuhi ekonomi keluarga. Bahkan, anak sekolah yang pas umur untuk mengikuti pemilihan umum kembali sekolah untuk belajar demi menggapai masa depan yang cerah.
Awalnya rakyat menentukan pilihan kepada pemimpin idola mereka karena janji-janji manis dengan retorika tingkat tinggi. Janji-janji membawa perubahan dengan komitmen membangun infrastruktur jalan dan air minum bersih, pendidikan dan kesehatan mampu membius pikiran dan hati rakyat. Calon pemimpin itu memiliki cara untuk menghipnotis rakyat dengan bahasa-bahasa manis.
Retorika dari calon pemimpin selalu mengganggu pikiran dan hati nurani warga di kampung-kampung. Bahkan menggiurkan pikiran rakyat.
Janji-janji di masa kampanye yang membiuskan serta melelapkan pikiran pemilih yang datang dari kampung-kampung adalah kehebatan dari calon pemimpin untuk menarik simpati rakyat. Retorika yang bagus membuat rakyat jatuh hati untuk calon pemimpinnya. Saat ini rakyat mengakui bahwa inilah calon pemimpin kami yang memiliki kemampuan dan strategi membangun.
Dari satu rumah gendang ke rumah gendang di seluruh Manggarai Timur dikunjungi untuk meminta dukungan doa restu. Bahkan, berbagai baliho menulsikan kata-kata yang menggugah nurani rakyat.
Di berbagai rumah gendang dilaksanakan ritual kepok dari calon pemimpin kepada tua-tua adat agar memberikan dukungan dari leluhur setempat maupun warga gendang. Calon pemimpin yang menyapa terlebih dahulu dengan membawa tuak adat sesuai dengan budaya setempat, dilanjutkan sapaan balik dari tua-tua adat untuk calon pemimpinnya. Nilai sakral rumah gendang sudah disusupi dengan nuansa politik. Bahkan, calon pemimpin meminta tua adat untuk melaksanakan ritual teing hang (beri sesajian kepada leluhur) sambil melihat tanda-tanda baik di hati babi atau urat manuk (urat ayam).
Siang malam calon pemimpin bergerilya dari kampung ke kampung untuk menarik simpati rakyat agar mendukung dan memilihnya saat hari pemungutan suara. Cuaca hujan dan kemarau tak dihiraukan demi menjumpai rakyat yang tersebar di pelosok-pelosok, gunung dan lembah di tanah air Manggarai Timur.
Saat itu yang ada dalam benak calon pemimpin adalah bagaimana cara menarik simpati, empati serta menarik suara rakyat. Suara rakyat sebagai penentu kemenangan. Saat itu dalam benak calon pemimpin bagaimana mendekatkan diri dengan rakyat serta membius rakyat dengan retorika manis, kata-kata indah, bahkan apapun yang disuguhkan rakyat, baik makanan lokal maupun modern dilahap habis demi menyenangkan hati rakyat.
Intinya mengambil dan menarik hati rakyat dengan berbagai cara. Tim-tim pemenangan yang terbentuk di kampung-kampung juga bekerja ekstra keras dengan mengunjungi dan mempengaruhi pikiran dan hati rakyat dengan janji-janji manis serta mengkampanyekan keberhasilan demi keberhasilan dalam masa kepemimpinan sebelumnya.
Bahkan cara pembawaan calon pemimpin yang sopan, sederhana serta rendah hati serta berkomunikasi yang sangat baik dengan menyampaikan keberhasilan demi keberhasilan yang mungkin hanya diatas kertas dengan administrasi yang rapi dan ketat sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Bahkan pembawaan lugu, juga sekali-kali menetes air mata membuat rakyat kasihan dan mengidolakan calon pemimpinnya.
Selain menarik simpati rakyat, calon pemimpin itu lihai memanfaatkan media massa dengan mempublikasi secara besar-besaran. Memasang iklan dengan biaya tinggi, menulis sosok dengan berbagai keunggulan-keunggulan dan keberhasilan-keberhasilan dalam roda pembangunan. Calon pemimpin itu mampu membius dan menghipnotis pemimpin-pemimpin media massa dengan berbagai komitmen dan kesepakatan-kesepakatan lisan. Juga strategi-strategi lain adalah bertemu dan berjumpa dengan pemimpin-pemimpin paroki yang tersebar di wilayah kekuasaanya. Seni dan strategi politik dimainkan oleh calon pemimpin. Segala cara dan upaya dilakukan demi sebuah kemenangan. Hadir dalam berbagai pesta, baik pesta sekolah, pesta perkawinan selalu diberikan kesempatan untuk berbicara di podium kehormatan.
Pasca kemenangan
Calon pemimpin sudah ditetapkan secara resmi oleh penyelenggara pemilu sebagai pemenang dan ditetapkan menjadi pemimpin satu wilayah. Mulai saat itulah pemimpin itu resmi menjadi pemimpin suatu wilayah dan siap bekerja. Strategi-strategi pembangunan sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki pemimpin itu mulai ditetaskan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
Strategi membangun secara holistik ditentukan oleh pemimpin itu sesuai dengan kemampuan keuangan daerah yang ditetapkan oleh lembaga legislatif. Pemimpin melaksanakan musyawarah rencana pembangun (Musrenbang) dari tingkat desa sampai tingkat Kabupaten bahkan dibawa kepada Musyawarah pembangunan Nasional. Kesepakatan-kesepakatan politik anggaran dimainkan dengan sangat lihai dan cerdas.
Khusus di seluruh Manggarai Timur, semua Kecamatan belum menikmati kue pembangunan yang merata. Salah satu yang memilukan nurani serta merintih kesakitan hati nurani adalah wilayah Kecamatan Elar dan Elar Selatan. Barangkali kondisi jalan yang buruk di dua wilayah itu ibarat menuju ke surga, karena membutuhkan kerja keras dan perjuangan, berdoa tak kenal waktu, memohon dengan berbagai cara dan strategi, namun, belum meluluhkan hati nurani pemimpin di daerah itu untuk fokus pada pembangunan di wilayah itu.
Jangan lagi sebut kondisi perbatasan yang tak pernah diperhatikan, mungkin pemimpinnya tidak sering melihat kondisi warga di dua kecamatan itu juga di daerah perbatasan. Beruntung wilayah perbatasan lain yang dilalui Jalan Negara sehingga diperhatikan secara penuh oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
Keniscayaan demi keniscayaan pembangunan belum dinikmati oleh warga di dua kecamatan itu yang sudah memberikan hak yang dua kali dalam pemilihan, bukan hanya itu potret buram, di sejumlah daerah pedesaan dengan status jalan Kabupaten atau jalan desa belum disentuh aspal, atau dinaikkan statusnya untuk diaspal, kondisi lain adalah pengerjaan aspal yang kurang mutu karena minimnya pengawasan. Mungkin pengawasan diatas kertas yang dihitamkan oleh komputer.
Marsel Robot, Dosen Universitas Kupang, dalam sebuah artikel menuliskan “aku retang Bao” mengungkapkan sisi lain dari kurang ada-nya perubahan pembangunan jalan di wilayah ini. Bahkan, mantan Pemred Flores Pos, Frans Anggal berkali-kali menulis di media online tentang kondisi pembangunan jalan di wilayah Manggarai Timur.
Selain itu, belum lama ini di Kompas.com, edisi Kamis (14/12/2017), tokoh masyarakat dan para Imam di Manggarai Timur, baik yang bertugas di Flores maupun diberbagai belahan dunia ini mengejutkan dimana para tokoh masyarakat dan imam itu menulis surat terbuka kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Surat itu merupakan bagian dari kepedulian dari tokoh masyarakat dan imam yang langsung ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo agar tergugah nuraninya untuk memerintah kepala daerah itu agar bekerja ekstra keras untuk mengaspal jalan di wilayah yang tertera dalam surat itu. Memang ada sebagian kecil di wilayah itu yang menikmati pembangunan yang dilakukan pemerintah sesuai dengan kemampuan anggaran-anggaran. Seperti pembangunan sumber daya manusia melalui lembaga pendidikan, kesehatan warga melalui lembaga kesehatan. Sesungguhnya pembangunan itu bertahap sesuai dengan kemampuan anggaran daerah.
Sorotan-sorotan Media Massa
Berkali-kali anggota DPR RI dan DPD RI melaksanakan reses di Kecamatan Elar dan Elar Selatan untuk melihat langsung kenyataan di dua wilayah tersebut. Bahkan, berkali-kali media massa, baik elektronik maupun cetak dan online selalu menyoroti ketertinggalan dan keterbelakangan di dua wilayah tersebut, khususnya kondisi jalan raya yang rusak.
Seharusnya sorotan-sorotan mata media massa itu menggugah nurani pemimpin untuk bergerak dan bekerja dalam meretas ketertinggalan di wilayah itu. Mungkin pemimpinnya tidak pernah membaca koran atau media online dan menonton televisi yang mempublikasikan kondisi jalan di wilayah itu.
Mungkin sibuk dengan urusan administrasi-administrasi yang bertumpuk sehingga tidak ada waktu untuk membaca koran, menonton televisi serta membaca berita di media online yang menjadi viral oleh berbagai kalangan di seluruh Indonesia akibat kondisi jalan yang memprihatinkan.
Pemimpin itu seharusnya tidak alergi dengan berbagai pemberitaan dari media massa karena itu bagian dari salah satu pilar demokrasi di Indonesia, sekaligus bagian dari pengawasan kepada pemimpin. Sesungguhnya, jikalau pemimpinnya cerdas dan bernurani, pemberitaan itu memicu pemimpin untuk bergerak. Pemberitaan itu memberikan kegelisahan-kegelisahan dari waktu ke waktu untuk mulai bergerak dengan anggaran yang terbatas untuk membangun wilayah-wilayah yang disoroti.
Merindukan Kepemimpinan Gaspar Parang Ehok
Mantan Bupati Manggarai, Gaspar Parang Ehok merupakan pemimpin hebat di Manggarai Raya pada waktu itu. Sebelum dibagi menjadi tiga Kabupaten, Gaspar Parang Ehok adalah Bupati Manggarai yang melingkupi tiga kabupaten.
Gaspar Parang Ehok bekerja dengan hati nurani seimbang denga kecerdasan intelektual, walaupun zaman itu anggaran terbatas dengan luas daerah yang dua kali dari luas Propinsi Bali. Gaspar Parang Ehok memahami betul keinginan rakyat di kampung-kampung. Bahkan, rakyat membutuhkan jalan aspal yang bagus. Yang lainnya, rakyat berupaya keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Gaspar Parang Ehok mampu memberikan rencana pembangunan yang logis kepada lembaga legislatif sehingga anggarannya yang disahkan lembaga legislatif menitikberatkan pada pengaspalan jalan yang tersebar di daerah-daerah pelosok. Hingga saat ini dan kini, warga di seluruh wilayah di Manggarai Timur selalu mengenang kebaikan dan kinerja dari Mantan Bupati Gaspar Parang Ehok.
Warga selalu merindukan model kepemimpinan dari Gaspar Parang Ehok yang berani mengambil keputusan untuk fokus pada pembangunan di pelosok-pelosok dengan mengaspal jalan raya. Bahkan, warga selalu membicarakan cara kerja dan kinerja dari Gaspar Parang Ehok. Gaspar Parang Ehok dikenang sepanjang masa oleh warga masyarakat di Manggarai Raya karena cara kerja dan kinerjanya yang membuat perubahan ditengah-tengah masyarakat. Gaspar Parang Ehok selalu ada dihati rakyat Manggarai Raya.
Hanya Gaspar Parang Ehok dengan luas wilayah kekuasaanya berani meretas keterisolasian dan ketertinggalan di wilayah Manggarai Raya. Pengakuan-pengakuan secara langsung dan polos dari warga tentang Mantan Bupati Manggarai, Gaspar Parang Ehok selalu kita dengar. Mantan Bupati Ehok berani berargumentasi yang lugas, logis kepada lembaga legislatif pada waktu itu sehingga lembaga legislatif setuju dengan perencanaan pembangunan yang diargumentasikan. Kecerdasan intelektual serta seimbang dengan keinginan hati nurani rakyat mampu menggugah nurai sang pemimpin. Bahkan, waktu itu, Mantan Bupati itu bukan dipilih langsung oleh rakyat melainkan dipilih di Lembaga Legislatif.
Pemimpin Harus Gelisah
Seorang pemimpin dengan dorongan magis tidak puas sekadar, kewajiban secara ritual atau menerima status quo, melainkan cenderung gelisah mencari sesuatu yang lebih, sesuatu yang lebih besar (Buku Heroic Leadership, Chris Lowney). Para pemimpin bertekun bukan hanya karena kebanggaan, integritas, dan komitmen pada nilai-nilai mereka. Mereka bertekun karena mereka sekaligus penuh kepercayaan, optimistis, bodoh, dan cukup rendah hati untuk berharap, dan menantikan bahwa biji-biji upaya mereka akan tumbuh mekar dalam waktu, cara, dan tempat yang tidak dapat mereka ramalkan atau kendalikan. Inilah suatu sikap yang mengilhami ribuan guru dalam sistem sekolah yang paling berhasil didunia dan yang menyemangati para guru dan orangtua pada hari ini (Heroic Leadership, Chris Lowney, hal 326).
Masih dalam buku yang sama, Pastor Antonio Vieira, SJ, Seorang Imam Yesuit dari Portugis yang bertugas di Negara Paraguay pada zaman dulu mengungkapkan “para majikan berhias dalam pakaian kerajaan, pada budak berpakaian compang camping dan telanjang; para majikan berpesta, para budak sekarat karena kelaparan; para majikan berenang dalam emas dan perak, para budak lunglai dengan besi-besi. Bahkan, retoris dalam kotbahnya: “ adakah orang-orang ini anak-anak adam dan hawa?. Tidakkah jiwa-jiwa ini ditebus oleh darah kristus?. Tidakkah tubuh-tubuh ini lahir dan mati seperti kita?. Apakah mereka tidak menghirup udara yang sama? Tidakkah mereka dilingkupi langit yang sama? Tidakkah mereka dihangatkan oleh matahari yang sama?