Atambua, Vox NTT- Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terletak di Dusun Berkase, Desa Tukuneno, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu sudah tidak digunakan selama dua tahun terakhir.
Mubazirnya Pustu Berkase menambah deretan kisah pilu bagi warga di wilayah itu. Itu terutama warga Desa Tukuneno dan sebagian masyarakat Desa Naekasa.
Warga terpaksa harus membuang Rp 40.000 untuk mendapatkan layanan kesehatan di Puskesmas Asuulun yang terletak di Kelurahan Fatukbot, Kecamatan Atambua Selatan.
Pantauan VoxNtt.com, Kamis (11/1/2018), gedung Pustu sudah mulai rapuh akibat tidak dihuni. Lingkungan Pustu itu juga sudah ditumbuhi semak belukar.
Narasi pilu itu membuat warga setempat mengeluh. Pasalnya, sejak Pustu Berkase mubazir, mereka sangat kesulitan untuk mendapatkan layanan kesehatan.
Meski memiliki BPJS, masyarakat harus membayar biaya ojek yang nilainya mencapai Rp 40.000 ketika hendak berobat di Puskemas Ausulun. Jarak dari Berkase ke Asuulun pun sangat jauh yakni mencapai belasan kilometer.
Andreas Wedin, warga dusun Berkase menyatakan, jika Pustu Berkase tidak dipakai lagi maka masyarakat mengambil kembali tanah dan bangunannya.
Menurut dia, bangunan itu bisa diberikan kepada warga yang tidak memiliki tempat tinggal. Di sana, banyak masyarakat yang belum memiliki rumah sendiri.
“Kalau tidak dipakai pemilik tanah akan segera ambil pulang tanahnya dan memnjual tapi masih dipertahankan tokoh-tokoh masyarakat di sini,” ujar Andreas ketika ditemui di halaman depan Pustu Berkase.
Terpisah, Kepala Dusun Berkase Raimundus Asten mengaku, akibat tidak ada pelayanan di Pustu Berkese, banyak warga enggan untuk pergi ke Puskesmas Asuulun. Hal itu lantaran jaraknya jauh dan membutuhkan biaya mahal.
“Mau berobat, terpaksa kami ke Asuusulun di Atambua Selatan dimana tiap kali pergi berobat, kami harus buang biaya 40.000 rupiah,” tandas Raimundus.
Dikisahkan, terkait tidak adanya pelayanan di Pustu Berkase, masyarakat sudah pernah menyampaikan pengaduan ke DPRD Belu.
Namun keluhan masyarakat belum mendapat tanggapan. Akibatnya, masyarakat mengancam akan mengambil pulang tanah tempat dibangunnya pustu, karena status tanah tersebut masih dipinjamkan.
“Kalau memang tidak dipakai, lebih baik kembalikan ke pemilik tanah. Kami masyarakat Berkase sangat kecewa karena sudah ada puskemas pembantu namun dipindahkan tanpa sepengetahuan kami masyarakat”, tegas Raimundus Asten.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan Kepala Dinas Kesehatan Belu belum merespon saat dikontak VoxNtt.com melalui telepon selulernya.
Penulis: Marcel Manek
Editor: Adrianus Aba