Ruteng, Vox NTT- Pengamat sosial politik Kanis Mandur menyatakan, pasangan Benny K Harman dan Benny A Litelnoni (Paket Harmoni), bakal calon gubernur dan wakil gubernur NTT bisa diandalkan untuk membawa perubahan di provinsi itu.
Menurut Dosen di STKIP Ruteng itu, rekam jejak Benny-Benny memiliki keunggulan kompetensi dan jaringan yang luas di level nasional dan internasional, serta berkarakter pemimpin yang baik. Keunggulan inilah yang bisa diandalkan untuk membangun NTT selama lima tahun ke depan.
Mandur menegaskan, sangatlah penting bagi masyarakat NTT untuk tidak memilih kucing dalam karung. Artinya, perlu ada paham kenangan politik atau yang disebut track record para calon. Lalu, harus mendengar dialog politik dan memahami visi-misi kandidat.
Karena dengan begitu, masyarakat NTT tidak salah paham dalam menentukan pilihan siapa yang patut dan layak menjadi pemimpin selama lima tahun ke depan. Intinya, keterlibatan politik warga jangan sampai mem-beo begitu saja.
Karena itu, dia meminta masyarakat NTT agar menggunakan suara hati dengan baik dalam memilih pemimipin pada Pilkada serentak 26 Juni mendatang. Tidak boleh digadai oleh uang atau propaganda politisi.
“Kiranya, kita semua rela lepas ego dan kepentingan pribadi yang sifatnya sesaat untuk kepentingan bersama yang lebih besar dan masa depan yang lebih baik, maju dan sejahtera. salah pilih pemimpin, sakitnya tuh di sini, di seluruh sendi kehidupan kita nanti. Itu terutama kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan sebagainya,” tandas Mandur kepada VoxNtt.com, Rabu (31/01/2018).
Pernyataan Mandur tersebut sebagai respon atas hiruk pikuk politik menjelang Pilkada serentak di tengah masyarakat NTT.
Kata dia, hampir pasti agenda politik itu menjadi topik hangat perbincangan. Perbincangan politik tidak hanya di kalangan elite atau level menengah ke atas saja, tetapi juga menjadi isu hangat di lapisan akar rumput.
Mandur sendiri mengapresiasi sejauh partisipasi publik dalam urusan politik itu adalah suatu kesadaran kolektif dalam rangka kedaulatan rakyat itu sendiri. Artinya, sudah saatnya politik bermartabat.
“Sehingga masyarakat dapat dengan bebas, cerdas dan bertanggung jawab menentukan pemimpinnya,” katanya.
Para politisi lanjut dia, mesti memperhatikan substansi demokrasi agar tidak menjadi prosedural semata.
Mandur mengatakan, politik juga adalah soal peradaban. Jadi, harus ada kemajuan dalam konteks politik.
“Tidak boleh ada kemunduran karena kecendrungan pragmatisme, kita sebagai politisi atau opurtunisme partai politik; hendaklah kita mampu menjamin demokratisasi yang makin membaik,” ujarnya.
Dia menambahkan, fungsi pendidikan politik mesti dikuatkan lagi dalam praksis berpolitik. Sebab jika tidak, maka situasi politik yang kian memanas hanya menampilkan masalah baru dalam tatanan sosio-politis masyarakat NTT.
“Misalnya, individuasi politik bergeser ke individualisasi politik atau pengkotak-kotakan dalam masyarakat yang rawan secara sosiologis dan sebagainya,” jelas Mandur.
Kontributor: HG
Editor: Adrianus Aba