“SALAH
Aku pergi dengan gelisah
Di ruang tunggu bandara, kurebahkan segenggam luka
Di seberang jalan kulihat dari balik kaca
Sejoli bercumbu tepat di saat aku rindu
Aku tersungkur di pintu 2
Menemukanmu dalam amarah
Aku salah
Salahkah aku?
Labuan Bajo, 24 Januari 2018
“MENCERITAKANMU
Kagumku menerobos sesak
Sepi di benakku seolah perlu tersenyum
Kita bertukar sapa
Kita kenalan lalu bercerita
Kau ceritakan takutmu
Mengingat istri anakmu
Sedangaku
Kuceritakan kau yang gelisah
Di rumah atau di tempat tidur
Sampai aku menyadari
kau satu-satunya, khawatir aku ke surga
Langit ,Jakarta, 24 Januari 2018
“JANGAN TAKUT
Janganlah malu bertanya sampai terlihat aneh
Sebab untuk mencintaimu aku perlu mengenal siapa ibumu
Seperti takut yang merenggutmu
Kemudian banyak sekali mata
Melintas di depanmu, sampai kau banyak sekali bicara
Di depan grab kau bertanya “Jes, apa ini?”
Jakarta, 24 Januari 2018
“KEKASIH
(Mereka Berempat)
Usai Jesica
Aku bertukar sua, di kos Salemba
Mereka berempat, setelah kedatangan adik sang Ayah
Lucu sekali…
Tiada lagi remang-remang rapuh
Mereka ribut mengalahkan buaya
Membicarakan cinta tau sesekali kampung
Aku bagaimana?
Sampai tak ingin pulang dari Plaza Atrium
Tertawa lagi, terbahak-bahak
Kemudian berakhir
Aku masuk kesepi lagi
Mereka berempat; Jesica, Finu, Oandan Lo’o Ardi
Jakarta, 24 Januari 2018
“MENEMUI SEPI
Perempuan itu lalu pergi
Menemui sepi di pintu yang ramai
Perempuan itu lalu diam
Berjumpa keasingan lalu terkagum-kagum
Pada doa yang sama
Ia menunggu sebuah pelukan
Jakarta, 24 Januari 2018
**Febhy Irene, bekerja pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) STKIP Santu Paulus Ruteng dan juga menjadi bagian dari Komunitas Sastra Hujan (KSH) Ruteng. Menyukai teh jahe, selendang dan traveling. Mencintai Tuhan, puisi dan dia.***