Borong, Vox NTT- Selama hampir tiga bulan terakhir warga Kampung Sok, Desa Compang Ndejing, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) dikabarkan kembali mengalami krisis air minum bersih.
Akibatnya, warga terpaksa memanfaatkan air keruh di kali Wae Laku untuk kebutuhan mereka.
Hal itu dibenarkan oleh Edigius Dahal seorang warga dari Desa Compang Ndejing.
“Warga di kampung itu terpaksa memanfaatkan air keruh. Disebut keruh karena musim hujan aliran sungai Wae Laku tidak pernah bersih lagi,” kata Edi kepada VoxNtt.com melalui pesan WhatsApp, Minggu malam (11/02/2018).
Menurut dia, kali Wae Laku merupakan satu-satunya sumber air bagi warga Desa Compang Ndejing. Kendati keruh di musim hujan, namun warga terpaksa masih mengonsumsi karena ketiadaan air.
Krisis air di Kampung Sok tampaknya membuat Edi geram. Bahkan ia menilai Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Matim telah gagal, tutup mata, dan mati rasa dalam mengatasi persoalan air minum bersih di Desa Compang Ndejing.
“Saya mengatakan ini karena pemerintah tidak pernah peduli akan keadaan warga Sok. Para pejabat boleh melintasi di jembatan Wae Laku, namun tidak pernah melihat keadaan Wae Laku itu seperti apa,” tegas Edi.
Menurutnya, Pemkab Matim sudah mengetahui keadaan ini sejak dahulu. Namun tampaknya mereka tidak menanggapinya secara serius.
“Ataukah mungkin hanya pura-pura tidak tahu,” pungkas Edi.
Dia mengklaim sangat pantas memberikan kritikan demikian karena sebagai warga negara berhak menagih pelayanan yang baik dari pemerintah.
“Karena itu, ketika ada warga yang mengalami kesulitan, apalagi masalah seperti yang dialami oleh warga kampung Sok, pemerintah harus cepat tanggap dan memperhatikan secara serius,” katanya.
Edi menegaskan, jika pemerintah tidak menindaklanjuti krisis air tersebut, maka bisa dinilai pula Kampung Sok bukan bagian dari Kabupaten Matim.
“Tentu harapan kami satu-satunya agar pemerintah mengkondisikan kami saat ini agar kami bisa mendapatkan air bersih seperti warga Matim yang lainnya,” tambah dia.
Meddy Bahallu, warga Kampung Sok lainnya mengaku, sejauh ini Pemkab Matim tidak pernah memperhatikan krisis air di tempat itu.
“Mungkin kami dianggap bukan bagian dari warga Matim. Kami sangat sakit hati sepuluh tahun pemerintah Matim, tapi kami tidak pernah dapat air bersih,” kata Meddy melalui sambungan telepon.
Meskipun sebelumnya di Desa Compang Ndejing kata Meddy, ada pipa air milik PAM namun sudah tidak terpakai.
Karenanya, Meddy senada dengan Edi meminta kepada Pemkab Matim agar segera menangani serius nasib warga Desa Compang Ndejing.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan Pemkab Matim belum berhasil dikonfirmasi.
Kontributor: Leonardus Jehatu
Editor: Adrianus Aba