POHON SINYAL
:buat Anna
1/
sudah dua jam aku duduk di bawah pohon sinyal
menanti sinyal datang
hinggap dan berkicau seperti burung
dan aku macam ranting
bergoyang-goyang tenang
mata telepon genggamku kubiarkan
menatap jaga
telinganya kubiarkan siaga-dari seberang mana bunyi pesan sunyi datang
lama kududuk
tak ada yang datang
sesekali cuma gaung daun gugur: yang kusangka bunyi panggilan
siulan angin yang lewat: kukira pesan masuk
penantian membuka sepi
untuk menutup sepi kubuka chairil:
cintaku jauh di pulau
sedang menungguku
mengirim surat suara sederhana
(Semografi 2017)
POHON SINYAL
2/
pohon sinyal
yang tumbuh di kampung telepon genggam
tak hanya berbuah sinyal
tapi juga beralun sunyi
bila suatu saat sinyal tak datang melawatmu, karena sakit
dan kau sedang duduk menunggu sebab menunggu ialah obat
sunyi akan menggugurkan beberapa butirnya untuk kau minum:
sebagai puisi,
misalnya syair sitor situmorang:
bila abang tak kembali
adik menunggu sampai mati
atau sebagai buah doa untuk kau nikmati :
“Tuhan, semoga sinyal sehat-sehat hari ini. Amin.”
kau, dusun yang jauh di kakiku
aku, kota yang berdebar sabar menantimu
(2017)
BUAH SINYAL
Pohon sinyal yang pernah ditanam seorang entah
kini berbuah bunyi:
pada daun telinga hijau anak anak
pada dahan dadaku yang jenuh
ia selalu matang datang
membawa kicauan semerah buah merah
setiap kali pagi bangun
tanyaku selalu menatap pohon itu: apakah masih ada kicauan yang hinggap?
di malam
aku sering kedinginan bila tak dipeluknya
kesehatan kampungku sering memburuk bila ia tiba tiba pergi tanpa pamit
aku yang kini mabuk buahmu
ingin gugur penuh gairah
menemui buah surga yang kau janjikan
(2018)
Pohon Sinyal, Buah Sinyal dan Hentakan yang Renyah
Oleh Hengky Ola Sura
Redaksi Seni Budaya VOX NTT
Mendalami tiga puisi dari Gody Usnaat pekan ini adalah mendalami ketaktisan meramu kata yang cemerlang. Lebih dari itu mendalami rasa rindu akut yang bertahan menantikan hadirnya sinyal sebagai moment meluahkan segenap rasa. Tentang rindu, cinta, kekesalan dan juga mungkin sedikit amarah pada orang tersayang. Sosok Anna dalam puisi Gody kali ini bisa jadi segala rasa bernama rindu, sayang dan segalanya dialamatkan. Maka membaca Pohon Sinyal 1 dan 2 juga Buah Sinyal adalah membaca hentakan-hentakan diksi yang renyah. Ia hadir dengan sejumput rasa semacam kedongkolan. Toh sinyal menjadi segala-galanya ketika jarak menjadi serupa cambuk yang harus terus-menerus ditahan kesabarannya.
Pada Pohon Sinyal 1, 2 juga pada puisi Buah Sinyal Gody ikut pula memasukan nama penyair berkelas macam Chairil Anwar dan Sitor Situmorang. Dua sosok yang ikut dimasukan Gody dalam puisi-puisinya menjadi serupa ketegasan bahwa pertautan rasa yang mungkin saja dialamioleh Gody dan Anna juga semua yang terpisah jarak adalah serupa pilihan pada kesetiaan saling mencinta.
Tiga puisi Gody kali ini sangat personal memang untuk Anna tetapi rasa cinta, rasa sayang adalah juga satu luahan yang bisa saja diungkapan oleh orang dan juga pada kesempatan apa saja. Tiga puisi ini bisa jadi menimbulkan efek degup pada dada yang senang, yang ikut bergembira juga sedih karena berada dalam suasana seperti Gody ketika menulis puisi-puisinya.***