Ruteng, Vox NTT- Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadis PK Matim), Frederika Soch diminta untuk lebih banyak mengoreksi diri daripada reaktif terhadap kritikan terhadap kinerja mereka yang masih jauh dari kata ideal.
Hal itu disampaikan Pastor Vinsensius Darmin Mbula OFM, pakar pendidikan, menanggapi pernyataan Frederika, yang menyebut imam Fransiskan tersebut konyol saat menyampaikan kritikan terhadap kondisi pendidikan di Matim.
“Kadis PPO Matim merupakan tipe pejabat yang lebih memilih untuk menghindar dari kritik daripada melihat itu sebagai pemacu untuk maju,” katanya.
Baca: Presidium MNPK Soroti Kondisi Pendidikan di Matim
“Apa yang kita sampaikan, bukan tanpa sebab. Sudah jelas bahwa NTT, di mana Matim ada di dalamnya masih masuk kategori rendah untuk kualitas pendidikan,” katanya.
Sebelumnya, Frederika menyebut bahwa Matim adalah kabupaten dengan jumlah sekolah terbanyak di Provinsi NTT.
Hal itu, kata dia, adalah bentuk upaya pemerintah mendekatkan pendidikan dengan masyarakat.
“Sekolah dibuka di mana-mana di wilayah Kabupaten Matim dan secara bertahap kita membangun RKB (Ruangan Kelas Baru) termasuk SDK,” katanya.
Ia menyebut pernyataan Pastor Darmin yang antara lain menyinggung rendahnya mutu pendidikan di Matim, termasuk terkait ketersediaan ruang kelas, sebagai sesuatu yang konyol.
“Sangat disayangkan pernyataan konyol itu,” ujar Frederika, Jumat, 9 Februari
Ia menjelaskan, hingga kini total SD dan SMP Negeri dan Swasta di Matim mencapai 363 sekolah, di mana 5 SD dan 19 SMP di antaranya belum memiliki gedung.
Ia menjelaskan, secara bertahap Pemkab Matim membangun sesuai dana yang tersedia dari lewat Dana Alokasi Khusus (DAK).
Frederika mengatakan, di tengah keterbatasan sarana sekolah, pihaknya masih mampu bersaing meningkatkan mutu.
Dia juga membeberkan sejumlah prestasi bidang pendidikan di Kabupaten Matim, termasuk sebagai salah satu dari empat kabupaten di seluruh Indonesia yang dipercayakan Pemerintah Pusat dalam program pengendalian kinerja guru.
Hal lain adalah mewakili NTT dalam lomba mata pelajaran IPA tingkat SD yakni dari SDK Ngkiong, Kecamatan Poco Ranaka Timur.
Baca: Kadis PK Matim Sebut Pernyataan Presidium MNPK Konyol
Tak hanya itu, Frederika menyebut siswa SDLB Borong mewakili Provinsi NTT dalam lomba bakat tingkat nasional.
Dia menambahkan, prestasi UNBK SMA tahun 2017 terbaik asal Matim untuk seluruh kabupaten/kota di Provinsi NTT.
Merespon pernyataan Frederika, Romo Darmin menjelaskan, ada banyak kriteria bermutunya pendidikan.
“Hal itu tidak hanya dengan mendirikan sekolah di mana-mana, tidak juga hanya dari segi ketersediaan sarana pra sarana tetapi juga kualitas guru, buku-buku dan faktor penunjang lainnya,” katanya.
“Temuan kami di lapangan, sekolah-sekolah banyak yang mubazir, tidak punya murid yang cukup dan guru-gurunya juga tidak sesuai spesifikasi,” lanjutnya.
Membangun banyak sekolah, kata Pastor Darmin, dalam banyak hal lebih merupakan proyek, karena tidak mempertimbangkan kebutuhan ril.
“Sekolah boleh menjamur, tetapi kalau itu tidak disertai dengan pertimbangan-pertimbangan terkait asas manfaatnya yang maksimal, maka sama saja,” katanya.
“Bahaya sekali kalau orang sekelas Kadis mengukur kualitas itu dari jumlah sekolah. Ini model sesat pikir,” tegasnya.
Ia menambahkan, sekolah-sekolah yang bermutu di Manggarai Timur, yang diklaim sebagai Frederika sebagai buah dari kesuksesannya adalah sekolah-sekolah swasta.
“Sementara sekolah-sekolah negeri, kualitasnya masih memperihatinkan,” jelasnya.
Kritikan kepada pemerintah, kata dia, adalah bentuk keperihatian terhadap situasi, yang diharapkan mendorong pemerintah untuk mencari terobosan-terobosan baru.
“Kalau pemerintah menganggap bahwa mereka telah berbuat banyak, sementara fakta di lapangan masih banyak hal yang kurang, maka ini jadi kabar buruk untuk kita,” katanya.
“Jangan berharap ada peningkatan mutu pendidikan,” tegas Pastor Darmin.
Penulis: Adrianus Aba