Atambua, Vox NTT– Guru-guru SMPN Rinbesiat bersama masyarakat di desa Rinbesihat, Kecamatan Tasifeto Barat, Belu nekat menyegel sekolah mereka.
Aksi tersebut sebagai puncak kekesalan para guru atas ulah kepala sekolah, Wilhelmus Nahak Bauk yang mendatangkan dua tenaga guru kontrak dari SDK Halilulik.
Kedua guru tambahan tersebut bernama Bernadeta Un yang membawakan pelajaran bahasa Indonesia dan Dionisia Seran yang membawakan mata pelajaran Bahasa Inggris.
Para guru di SMPN Rinbesiat menganggap penambahan guru baru tersebut tidak dibutuhkan dan mengurangi jam mengajar mereka. Pasalnya untuk guru bahasa Indonesia saja sudah ada 4 orang guru dan guru bahasa Inggris sudah ada 3 orang guru.
Keputusan pun ini dinilai sepihak dan tidak menghargai para guru dan masyarakat pemilik lahan dimana sekolah tersebut didirikan.
Pantauan media di area SMPN N Rinbesihat, Senin(05/04/2018), sebanyak 204 anak yang sedang belajar terpaksa dipulangkan sejak pagi karena pagar sekolah tersebut sudah dikunci oleh pemilik lahan, Dominikus Kauk. Aksi ini didukung oleh masyarakat sekitar serta guru-guru.
Disaksikan VoxNtt.com, di tembok depan pintu gerbang sekolah, terdapat tiga kertas yang ditempel dengan bertuliskan “Kami Menolak Guru Kontrak “, “Kami Ingin Kepala Sekolah Dipindahkan dari SMP Rinbesihat Secepatnya” dan ” Sekolah Ini Disegel”.
Para guru yang ada di lokasi sekolah mengatakan aksi penolakan tersebut karena jumlah guru lebih banyak dari pada rombongan belajar.
“Teman-teman disini menolak guru kontrak yang baru karena stok guru sudah lebih banyak dari rombongan belajar. Kami hanya ada enam rombongan belajar dan ada guru yang sudah sertifikasi jadi kalau kepala sekolah buat begini sama dengan mau mengusir kami secara halus. Dan ini kami tidak terima” akui Joko salah seorang guru yang diamini teman-teman lainnya.
Selain karena alasan didatangkannya guru kontrak, SMPN Rinbesihat disegel oleh pemilik tanah Dominikus Kauk karena kepala sekolah tidak mau menerima tenaga guru dari Rinbesihat.
Diakui Dominikus, ketika dirinya memberikan tanah untuk dibangun sekolah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Belu menjanjikan kepadanya bahwa sebagai ucapan terima kasih, anaknya akan diterima untuk mengabdi di sekolah tersebut dan akan diangkat sebagai tenaga kontrak daerah. Namun, hingga hari ini akuinya, janji tersebut tidak dipenuhi.
Tidak hanya itu, aksi nekad yang dilakukan sejumlah guru dan masyarakat lantaran manajemen sekolah dinilai tidak transparan.
Disampaikan, guru-guru tidak menerima kebijakan kepala sekolah yang mendatangkan bendahara dari sekolah lain.
“Kami rasa tidak masuk akal. Masa rumah tangga kami diurus oleh tetangga. Seolah kami di sini tidak ada guru sehingga kepala sekolah mendatangkan bendahara dari SMA Kimbana” aku salah satu guru yang meminta namanya tidak dipublikasi.
Kepada VoxNtt.com, guru-guru bersama sejumlah tokoh masyarakat mengatakan sekolah tersebut akan disegel hingga ada solusi atas semua persoalan yang terjadi di SMPN Rinbesihat.
Terpisah kepala Sekolah SMP Rinbesihat, Wilhemus Nahak Bauk membatah semua alasan penyegelan yang disampaikan guru dan masyarakat.
Wilhelmus mengatakan, terkait tenaga kontrak dan bendahara, dirinya hanya melaksanakan kebijakan yang sudah dibuat oleh Dinas Pendidikan kabupaten Belu dimana saat ini pemerintah daerah kabupaten Belu sedang melakukan pemerataan tenaga kontrak di kabupaten Belu.
“Soal tenaga kontrak, itu bukan wewenang saya. Mereka dipindahkan oleh Dinas dan saya hanya menjalankan kebijakan yang dibuat” ungkap Wilhelmus ketika dihubungi VoxNtt.com melalui sambungan telpon selulernya.
Sementara, terkait tuntutan pemilik tanah, Wilhelmus mengatakan dirinya baru mulai bertugas di SMPN Rinbesihat sejak 2014 dan ia tidak mengetahui prosedur pemberian tanah pada awal sekolah tersebut dibangun.
Penulis:Marcel Manek
Editor: Irvan K