Larantuka, Vox NTT-Sejak membangun satu unit sumur bor pada 2017 lalu, Desa Nusadani yang terletak di Kecamatan Solor Barat, Kabupaten Flores Timur, terus membenahi pelayanan air bersih kepada masyarakat di tahun 2018 ini. Meski telah memiliki sumber air sendiri, pelayanan kepada masyarakat belum sepenuhnya merata.
Kepala Desa Nusadani, Markus Mulai Keray, dalam rapat Sosialisasi APBDes Desa Nusadani Tahun 2018, Sabtu (03/03/2018) lalu, menjelaskan, belum maksimalnya pelayanan tersebut disebabkan oleh beberapa titik pemukiman yang letaknya di ketinggian sehingga tekanan air tidak mampu untuk menjangkau.
Selain itu, masalah lainnya adalah jaringan listrik PLN yang kadang-kadang padam sehingga menghambat proses penyedotan air.
Mengatasi masalah tersebut, Markus menjelaskan, pada tahun 2018 ini, Desa Nusadani menganggarkan dana sebesarRp194.910.000 dari Dana Desa untuk membiayai beberapa program kerja.
Dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan menara tangki air demi meningkatkan tekanan air dengan pagu sebesar Rp60.815.000; pengadaan Solarselsebagai pembangkit listrik sebesar Rp120.000.000; serta kegiatan reboisasi jalur mata air sebesar Rp14.095.000.
Akhiri Krisis Air Bersih
Menanggapi masalah air bersih yang semakin meresahkan, Pemerintah Desa (Pemdes) Nusadani akhirnya memutuskan melakukan pembangunan sumur bor pada 2017 lalu.
Meski dalam RPJMDes 2016-2021, sumur bor akan dibangun pada tahun ketiga (2018), melalui musyawarah dusun (Musdus) di akhir 2016, warga sepakat memprioritaskan pembangunan sumur tersebut setahun lebih cepat.
Sebelumnya, selama bertahun-tahun, warga bergantung pada sumber mata air dari Desa Lamaole. Penghujung 2016, distribusi air ke Nusadani diperparah dengan semakin menurunnya debit air. Selain itu, aktivitas pengeboran liar terhadap pipa induk juga menyebabkan masalah air ini semakin serius.
Karena itu, Pemdes mengambil langkah cepat. Melalui beberapa kali perbincangan, akhirnya terjadi kesepakatan kerja sama dengan Area Timor Bor, perusahaan jasa yang siap mengerjakan pembangunan sumur bor ini.
Rangkaian pengerjaan pun langsung dimulai pada November 2016, diawali dengan survei geolistrik. Hasil survei menunjukkan dua titik pengeboran yang potensial dari total empat titik.
Melalui beberapa pertimbangan, seperti jarak dan kedalaman, titik di Dusun II akhirnya dipilih. Selanjutnya pengeboran pada titik hasil survei tersebut dilaksanakan kurang lebih sebulan, dari Februari hingga Maret 2017.
Berani Curi Start
Kepala Desa Nusadani, Markus Mulai Keray, menjelaskan, pembangunan sumur bor ini didukung keberanian mencuri start.
Sebagai rencana kerja yang dibiayai Dana Desadengan pagu sebesar Rp311.099.500, sumur bor malah telah berani dikerjakan tanpa menunggu Dana Desa dicairkan terlebih dahulu.
Pengeboran selesai pada Maret 2017 sedangkan Dana Desa tahap I baru bisa dicairkan pada Juni 2017.
Markus melanjutkan, meski menghadapi kendala tersebut, masalah keuangan tetap dapat dihadapi. Transaksi pembayaran tahap pertama kepada perusahaan jasa bor mengandalkan PAD 2016 dan pinjaman dari pihak ketiga.
Meski bersifat pinjaman, pihak ketiga yang merupakan warga Nusadani sendiri, sama sekali tidak menuntut bunga pinjaman. Sikap tersebut menjadi bukti betapa warga sangat merindukan sumber air sendiri, pungkas Markus.
Bagi Markus, air merupakan kebutuhan dasar yang harus sesegera mungkin diselesaikan. Selama distribusi air mengalami kendala, banyak waktu yang dipakai warga hanya untuk memenuhi kebutuhan air sehingga kegiatan-kegiatan produktif tak sempat dilakukan.
Hal tersebut juga pada akhirnya turut berpengaruh pada macetnya ekonomi warga. Karena itu, keberanian mencuri start merupakan langkah yang memang harus diambil.
Kerja Sama Semua Pihak
Keberhasilan pembangunan sumur bor merupakan kerja sama semua pihak. Hal itu disampaikan Markus dalam sambutannya pada acara peresmian sumur bor, pada September 2017 lalu.
Karena itu, Markus sangat berterima kasih kepada segenap warga Nusadani, BPD, Pengurus RT/RW, Panitia Air Minum, Panitia Jalan ke Pasar, Tenaga Teknis Sumur Bor, Pengurus BUMDes, serta para Kepala Suku dan Lembaga Pemangku Adat (LPA).
Kepada LPA, Markus menyampaikan apresiasi khusus, sebab tak pernah putus menjalankan rangkaian ritual adat dari awal hingga aktivitas pengeboran berakhir. Melalui kesepakatan bersama LPA juga, sumur bor akhirnya dinamai Peni Masandai, Dai Lali Nama berdasarkan penelusuran budaya dan sejarah.
Sumur bor Peni Masandai, Dai Lali Nama akhirnya diresmikan Sekretaris Camat (Sekcam) Solor Barat, Paskalis Luli Buton, pada September 2017 lalu.
Hadir pula dalam rangkian acara peresmian itu, staf Kecamatan Solor Barat, aparat keamanan, segenap kepala instansi pendidikan dalam desa (SD-SMA), Pemdes Daniwato, LPA Daniwato, Rekan Pastor Paroki Pamakayo, dan lainnya.
Meski telah selesai dikerjakan sejak Maret 2017, peresmian sumur bor baru dilaksanakan pada September 2017. Peresmian terjadi 6 bulan berselang sebab menunggu penyelesaian rumah pengaman sumur dan kegiatan pembangunan air bersih berskala desa lainnya, yakni pembangunan bak receivoir dan instalasi perpipaan serta pembangunan hidran umum.
Kontributor: Afryantho Keyn
Editor: Irvan K