Borong, Vox NTT-Pasangan calon Marselis Sarimin dan Paskalis Sirajudin (Paket Merpati) berkomitmen untuk memperkuat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di seluruh desa di Kabupaten Manggarai Timur (Matim).
Pasalnya, selama ini para petani di Matim menjadi korban dari sistem yang salah. Para pengusaha dengan enak menentukan harga komoditi milik petani. Mereka membeli hasil komoditi petani dengan harga sesuka hati.
Para petani juga terus terpasung dengan praktik ijon yang secara tidak langsung para tengkulak mengisap darah para petani.
Karena itu, pasangan pensiunan Polri dan Birokrat itu berkomitmen untuk mengentas sistem yang memasung para petani dengan cara memperkuat BUMDes.
Hal itu disampaikan calon bupati Matim Paket Merpati Marselis Sarimin saat bertatap muka dengan warga Kampung Moncok, Desa Satar Tesem, Kecamatan Poco Ranaka, Selasa (13/03/2018).
Dikatakannya, paket Merpati berkomitmen memperkuat sendi-sendi perekonomian melalui tata niaga, penguatan BUMDes dan BUMD.
Dijelaskan Marselis, tujuan dibentuknya itu antara lain: meningkatnya stabilitas harga komoditi, meningkatnya akses pasar, meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, meningkatnya lapangan kerja, dan meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Dikatakan Marselis, 90 persen masyarakat Matim adalah petani. Petani di Matim kaya akan sumber daya alam, yaitu hasil komoditi yang banyak.
Namun, yang ada masyarakat dalam hal ini petani tetap berada di bawah garis kemiskinan.
“Mengapa itu sampai terjadi ? Selama ini yang tentukan harga adalah para tengkulak. Mereka menaikkan harga sesuka hati. Sehingga para petani terus menjadi korban. Itu karena mereka yang tentukan harga. Padahal yang punya hasil adalah kita. Seharusnya kita yang tentukan harga,” kata Marselis.
Menurut dia, memperkuat BUMDes adalah langkah solutif untuk keluar dari itu semua.
Dengan begitu, para petani tidak lagi menjual komoditi ke para tengkulak. Tetapi harus menjualnya ke BUMDes. Sedangkan pengusaha itu harus membeli melalui BUMDes.
“Kita yang menentukan harga, bukan lagi pengusaha yang tentukan harga. Karena kita yang punya barang. Selama ini kita menjual hasil komoditi ke pengusaha dan seenaknya mereka menentukan harga. Mau hari ini naik, esok turun tidak ada yang atur. Kita harus keluar dari sistem yang ada sekarang,” tambah mantan Kapolres Manggarai itu.
Selain itu, untuk menjaga kesetabilan harga komoditi di Matim, Paket Merpati akan membuat aturan melalui Perda dan Perbup tentang harga beli dan jual di Matim.
Di situ nanti, pemerintah menententukan harga paling tinggi dan paling kecil. Sehingga tidak ada lagi permainan harga oleh pengusaha di Matim.
Sementara itu, salah satu petani di desa Satar Tesem yang tidak sempat dimintai identitasnya mengaku program BUMDes dari paket Merpati sangat sesuai dengan keinginan para petani.
Kata dia, program yang ditawarkan sangat tersentuh dengan hati masyarakat.
“Sebagai petani, saya mendukung programnya bapak. Saya merasa kesal selama ini hidup petani bergantung pada tengkulak dan Cina. Mereka enak saja tentukan harga. Kami jadi korban. Harapan kami jika bapak jadi Bupati agar bisa memperhatikan kondisi para petani. Harapan kami juga, semoga bapak bisa menjadi orang nomor satiu di Matim lima tahun ke depan,” ungkap petani itu.
Penulis: Nansianus Taris