Mbay, Vox NTT- Penjualan sapi betina yang masih produktif marak terjadi di Kabupaten Nagekeo belakangan ini. Sapi-sapi tersebut dibeli oleh para pedagang yang datang dari daerah Sulawesi.
Hewan-hewan yang masih produktif ini keluar daerah melalui Kecamatan Nangaroro, Wolowae dan Aesesa.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Nagekeo, Petrus Gu saat hearing bersama Komisi II DPRD Nagekeo.
Kegiatan dengar pendapat ini berlangsung di ruang sidang paripurna DPRD Nagekeo belum lama ini.
Dalam kesempatan tersebut, Petrus mengajak lembaga dewan bersama stakeholder di wilayah Nagekeo untuk turut berpartisipasi dalam melakukan pengawasan secara ketat di pintu Pelabuhan Maropokot- Mbay.
Selama ini Pelabuhan Maropokot menjadi pintu keluar ternak sapi ke sejumlah daerah di Sulawesi, bahkan ke kalimantan dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Petrus menegaskan, untuk menyelamatkan populasi sapi di Kabupaten Nagekeo, pemerintah melarang masyarakat untuk memotong sapi betina.
“Saat ini kita sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk jangan memotong sapi betina,” tandas Petrus.
Dia mengatakan jumlah populasi ternak sapi di Nagekeo saat ini baru mencapai 33 ribu.
“Bila ternak sapi betina diawasi untuk tidak dipotong, maka di masa mendatang, Nagekeo bisa menjadi daerah penghasil ternak karena kita memiliki sapi-sapi yang produktif,” kata Petrus.
Menurut Petrus, pada zaman dulu, wilayah Nagekeo kaya akan ternak sapi, bahkan mencapai angka ratusan ribu.
Saat ini ternak sapi berkurang karena adanya penjualan serta pemotongan sapi betina. Bahkan, ada sapi betina yang masih produktif pun dipotong dalam hajatan apapun.
“Sehingga tidak heran bila saat ini jumlah ternak sapi kita sudah berkurang. Bila tidak segera diambil langkah konkret untuk mencegah, maka bukan tidak mungkin suatu saat populasi ternak sapi kita akan menurun bahkan bisa punah,” pungkas Petrus.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Adrianus Aba