Maumere, Vox NTT-Kegiatan bincang-bincang santai bertema sastra atau dalam istilah bahasa Maumere disebut kulababong sebagai salah satu program rutin kembali diselenggarakan oleh Komunitas Teater Tanya Ritapiret pada hari Minggu, 18 Maret 2018 bertempat di Aula Santo Petrus Ritapiret.
Berbeda dari tema kulababong sebelumnya, Komunitas Teater Tanya kali ini membedah sebuah antologi puisi perdana dari salah seorang anggotanya, Frater Oriol Dampuk.
“Dua Mata yang Digelari Berkat” sebagai judul dari kumpulan puisi tersebut ditelisik dari beberapa sudut pandang oleh tiga pembicara yang hadir pada saat itu.
Frater Kristo Selamat sebagai pembicara pertama menampilkan sisi penderitaan seturut pembacaannya terhadap kumpulan puisi tersebut. Penderitaan menjadi sesuatu yang niscaya dialami oleh manusia dan dari penderitaan itu manusia mesti menunjukkan sikap solidaritas yang membebaskan bagi sesamanya.
Lebih lanjut ia menegaskan ‘Dua Mata yang Digelari Berkat’ karya Frater Oriol Dampuk ini telah menjadikan pengalaman penderitaan sebagai suatu permenungan sekaligus bentuk gugatannya terhadap situasi batas yang dialami oleh manusia.
Persoalan pernderitaan terutama dalam konteks NTT ditafsir oleh Frater Kristo berdasarkan beberapa puisi yang menempatkan ketidakberdayaan masyarakat kecil di hadapan sebuah penindasan struktural.
Sementara itu, Frater Ansel Langowuyo sebagai pembicara kedua lebih meneropong unsur-unsur intrinsik yang membentuk tubuh puisi Dua Mata yang Digelari Berkat. Baginya memperhatikan unsur-unsur intrinsik itu sangat penting dalam sebuah proses kepenyairan.
Lebih jauh ia membicarakan bahwa tubuh puisi yang terbentuk berdasarkan unsur-unsur tersebut sangat menentukan modus keberadaan sebuah puisi di hadapan pembaca.
“Seorang pembaca bisa memahami dengan baik arti sebuah puisi apabila penyairnya berhasil memposisikan unsur-unsur intrinsik puisi secara elegan dan estetis oleh sang penyair”, tegas Frater Ansel yang juga piawai bermonolog ini.
Berbeda dari dua pembicara sebelumnya, Frater Iden Tober lebih menilai dari sudut pembelaan terhadap perempuan atas kumpulan puisi Frater Oriol ini. Ia menafsir Dua Mata yang Digelari Berkat itu sebagai suatu bentuk ketegasan sikap terhadap hak-hak domestik kaum perempuan di tengah hegemoni kaum patriarkat. Pernyataan Frater Iden ini kembali mengetengahkan isu-isu tentang kesetaraan gender dan hak asasi perempuan dalam sebuah konteks masyarakat NTT.
Frater Oriol sendiri menyatakan bahwa Dua Mata yang Digelari Berkat sebagai kumpulan puisi perdananya merasa diperkaya setelah mendapat berbagai tafsiran dari pemateri dan peserta kulababong. Hal itu dijawabnya setelah ditanyai oleh pemantik kulababong tentang pemaknaan sebuah puisi baginya. Ia juga mengakui bahwa proses kepenyairannya bertolak dari keseriusan dirinya membaca beberapa karya penting dari para penyair lain termasuk Khalil Gibran sebagai panutannya.
“Barangkali gaya penulisan puisi saya lebih banyak dipengaruhi oleh puisi-puisi Khalil Gibran. Namun, saya juga harus terus membuka diri dengan membaca karya-karya dari para penyair lain sehingga bisa semakin membentuk karakter khas dalam penciptaan puisi-puisi saya”, ungkap Frater Oriol atau biasa disapa Frater Odam ini.
Fr. Ardi Suhardi di samping para pembicara tampak sedang memandu kegiatan kulababong Dua Mata yang Digelari Berkat karya Frater Oriol Dampuk di Aula Santo Petrus Ritapiret pada hari Minggu, 18 Maret 2018.
Kegiatan kulababong tersebut semakin mengalir setelah menyimak beberapa tanggapan dari Dede Aton, pengasuh Komunitas KAHE Maumere, yang berusaha menjawab pertanyaan salah seorang penanya tentang relevansi sebuah puisi terhadap realitas sosial.
Ia menegaskan bahwa karya sastra termasuk puisi mesti membicarakan sebuah kenyataan kontekstual sehingga mampu memberikan suatu daya sugestif untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat atau para pembacanya.
Komunitas Teater Dala IKIP Muhammadiyah turut berpartisipasi dalam kegiatan kulababong kali ini. Ardi Suhardi sebagai ketua Komunitas Teater Tanya Ritapiret mengapresiasi kegiatan ini sebagai bentuk pemberdayaan bakat dan kemampuan para anggotanya dalam bidang sastra dan teater.
“Saya berharap kegiatan ini bisa memantik kesadaran anggota Teater Tanya dan para peserta yang hadir untuk semakin menghasilkan karya-karya sastra yang berkualitas ke depannya dan berani memperkenalkannya kepada dunia. Tentu saja hal itu dimulai dari ketekunan kita dengan meningkatkan bahan bacaan yang juga berkualitas”, tegas Ardi Suhardi setelah memandu kegiatan kulababong tersebut.
Acara itu kemudian berakhir tepat pukul 12.00 siang setelah berlangsung kurang lebih selama dua jam.
Kontributor: Fian W
Editor: Irvan K