Ruteng, Vox NTT- Menjelang Pilkada 27 Juni 2018, dua organisasi mahasiswa di Manggarai yakni PMKRI dan GMNI mengingatkan masyarakat pemilih akan bahaya politik uang.
Ketua PMKRI, Servasius Jemorang, mengatakan politik terbukti merusak nilai-nilai demokrasi. Ketika masyarakat memilih karena uang maka itu adalah bukti nyata kebodohan berpolitik.
“Kemudian juga para politisi yang membagi uang, itu adalah bagian dari cara mengakui bahwa dirinya kalah sebelum bertarung. Lemah untuk bersaing secara sehat,” katanya saat ditemui VoxNtt.com di Marga PMKRI, Minggu (25/3/2018).
“Calon-calon seperti itu akan melihat uang sebagai tuhan bagi dirinya, sehingga dampaknya adalah dia akan menghamba pada uang. Demokrasi pun berubah wajah menjadi ruang transaksi yang tidak mutual,” tambahnya.
Sebab itu, dia meminta semua pihak berkepentingan, terutama pengawas pemilihan untuk mewaspadai timbulnya gejala politik uang dalam tiap tahapan pilkada.
“Sehingga Panwas tidak saja hadir ketika ada persoalan politik uang, tapi hadir sebagai pencegah. Untuk itu, perlu kiranya Panwas memperluas jaringan terutama mendekatkan diri dengan masyarakat, sehingga lebih mudah mendeteksi praktek politik uang,” jelas Jemorang.
Secara terpisah, Ketua GMNI Manggarai, Martinus Abar saat ditemui di Sekretariat GMNI di Kelurahan Tenda, Senin (26/3/2018) mengatakan politik uang dapat mencederai demokrasi dan pembangunan.
“Politik uang akan menjadi pemicu hambatnya pembangunan di republik ini. Ketika ini dibiarkan maka negara kita pasti mengalami kemunduran,” tegasnya.
Sebab itu, dia mengajak semua stakeholders pemilu, mulai dari penyelenggara pemilu hingga masyarakat umum untuk bersama-sama melawan praktik politik uang.
“Kalau kita bergandengan tangan, maka persolan itu (politik uang) dapat dicegah,” imbuhnya.
Kontributor: Ano Parman
Editor: Adrianus Aba