Bajawa, Vox NTT-Senin (26/03/2018) kala matahari mulai terik, rombongan calon gubernur NTT, Benny K. Harman tiba di Kampung Likowali, Desa Beipali, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada.
Udara yang sejuk menyambut kedatangan kami di sana. Walau mentari bermekaran di atap, memahat pori-pori di ubun-ubun kepala, namun sekelompok orang yang dari tadi menanti tetap setia memadati kemah, tempat BKH melangsungkan dialog dengan mereka.
Masyarakat yang hadir dalam kampanye dialogis ini berasal dari tiga desa, yakni Desa Beiwali, Desa Wawo Wae dan Desa Muku Voka.
Saat turun dari mobil, BKH dan tim disambut dengan ritual penerimaan adat Bajawa.
Tokoh masyarakat setempat, Pit Nono usai melakukan ritual tersebut mengatakan, ritual penyambutan itu adalah simbol kehadiran Harmoni disambut dengan hati yang putih, simbol ketulusan warga setempat.
Usai disambut, BKH dipersilahkan meyampaikan program kerjanya selama lima tahun ke depan jika dia bersama calon wakilnya, Benny A. Litelnoni terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur NTT.
Usai menyajikan program, dialogpun berlangsung serius. Masyarakat terlihat begitu bersemangat menyampaikan aspirasinya. BKH pun nampak sangat antusias mendengarkan dan melayani pertanyaan demi pertanyaan dari warga setempat.
Salah satu tokoh masyarakat setempat, Yohanes Selu memberi apresiasi terhadap program kerja Harmoni.
“Saya sangat senang sekali dengan program yang bapak tawarkan ini. Ini sangat membantu masyarakat,” katanya.
Selain mengapresiasi program Harmoni, Yohanes juga mengingatkan BKH bersama BAL (Benny A. Litelnoni) agar jika terpilih nanti keduanya menghidari godaan korupsi.
“Kami pasti memilih bapak, karena bapak sudah datang di kampung kami. Tapi tolong pak, uang negara untuk rakyat. Jangan curi uang negara, kena OTT, diborgol, rakyat malu pak. Kalau bapak terpilih tolong hindari itu pak,” ungkapnya dengan nada serius.
Menanggapi hal itu BKH mengucapkan terima kasih kepada Yohanes. Kata BKH apa yang disampaikan Yohanes ini telah menjadi tekadnya sebagai politisi.
“Saya berterima kasih kepada Bapak, memang itulah tekad saya. Saya meminta dukungan dari bapa mama sekalian untuk sama-sama memerangi korupsi,” pintanya.
Korupsi kata BKH tidak saja mencuri uang negara, tetapi memilih karena money politic (politik uang) juga bagian dari tindak pidana korupsi.
Karena itu, dia mengingatkan warga setempat agar jangan terlibat dalam politik uang, sebab itu juga tindakan melanggar hukum dan bisa dipidanakan.
Pesan yang sama tidak hanya datang dari Kota Bambu yang terkenal dingin itu, tetapi juga datang dari Kampung Welas, Desa Denatana, Kecamatan Wolomeze yang terletak di bagian utara Kabupaten Ngada.
Mama Fina demikian ia disapa juga menyampaikan kepada BKH untuk menghindari korupsi. Senada dengan Yohanes, Mama Fina mengatakan korupsi itu tidak hanya memalukan tetapi juga membuat masyarakat menderita. Sebab kata dia karena korupsi, daerah ini jadi miskin.
“Tolong bapak, ingat pesan saya ini. Jangan pernah korupsi pak, itu memalukan. Kami ini masyarakat miskin dan akan tetap miskin kalau pemeritah korupsi, tolong pak, ingat ini baik-baik kalau Pak Benny terpilih,” kata Mama Fina dengan nada lantang.
“Terima kasih Mama, saya akan ingat pesan mana ini,” demikian jawab BKH penuh keyakinan.
Penulis: Boni Jehadin