Larantuka, Vox NTT-Senandung doa-doa kepada Maria, Bunda Yesus, sayup-sayup terdengar dari kejauhan.
Di tengah kabut disertai hujan yang mengguyur laut di Pelabuhan Larantuka, arakan ratusan perahu kecil, kapal motor peziarah, dan beberapa perahu peledang (perahu khas pemburu ikan paus di Lamera, Lembata) beriring-iringan mengantar arca kanak-kanak Yesus dalam perayaan Semana Santa di Kota Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Siang itu, Jumat, 30 Maret 2018. Di bibir Pelabuhan Rakyat Larantuka, ratusan peziarah umat katolik yang berasal dari berbagai belahan dunia, tampak berdiri sambil menyaksikan prosesi pengantaran Arca Kanak-kanak Yesus dari kapela Tuan Meninu ke kapela Tuan Ana. Sebagian orang larut dalam doa dan yang lain menyaksikan penuh rasa haru.
Salah satu sudut pada bagian selatan Pelabuhan itu terparkir sebuah bus peziarah. Pintu bus itu tetap tertutup rapat.
Tampak dari balik kaca, seorang kakek dan nenek. Sesekali mereka terlihat berkomat-kamit mendaraskan sesuatu.
“Rombongan kami berjumlah 28 orang. Kami dari Jakarta pada hari Kamis (29/3/2018) dengan menggunakan pesawat, tiba di Bandara Frans Seda, Maumere, Pukul: 22.00, WITA. Kami ingin mengikuti seluruh rangkaian prosesi Semana Santa dari awal hingga selesai. Pagi tadi, Jumad (30/03), kami hendak menyeberang ke Wure, tapi dilarang oleh panitia, katanya sudah tidak bisa nyebrang lagi”, ungkap Yohanes kepada VoxNtt.com, Jumat (30/03/2018) siang.
Bapak Yohanes adalah salah satu dari 3 peziarah Semana Santa asal Cibinong, Jawa Barat. Ia memilih untuk tetap berada di dalam bus dan tidak mengikuti rekan-rekan serombongannya dalam prosesi Laut lantaran tidak mengikuti rangkaian prosesi itu secara lengkap.
Simpang Siur Informasi
Informasi terkait kegiatan Semana Santa ternyata simpang siur. Diungkapkan Yohanes informasi yang diterimanya terkait Semana Santa berbeda-beda dari sumber yang satu dan sumber yang lainnya.
“Setahu kami prosesi Tuan Ma (Bunda Maria) di arak melewati laut dari Wure di pulau Adonara ke KapelaTuan Ma di Kota Larantuka. Sampai di sini ternyata berbeda, yang dihantar melalui prosesi laut adalah kanak-kanak Yesus. Informasi yang kami dapatkan dari tutor atau guide juga berbeda”, ungkap Yohanes.
Walau demikian, keterlambatannya dalam mengikuti rangkaian kegiatan Semana Santa dilihat sebagai sebuah pengalaman Iman. Dorongan yang dalam untuk mengikuti rangkain prosesi lengkap menjadi ujudnya di tahun ini.
“Tahun depan saya ke sini lagi mengajak istri dan anak-anak saya, untuk mengikuti seluruh rangkain Tradisi Suci ini secara lengkap”, ungkap Yohanes.
Dalam akhir perbincangan singkat di siang itu Bapak Yohanes berpandangan bahwa Peristiwa Prosesi Semana Santa adalah peristiwa dunia. Semua mata di dunia memberi fokus pada tradisi warisan Portugis ini. Oleh sebab itu dia berharap pihak Pemda dan Panitia Keuskupan dapat berkoordinasi dengan baik lagi terkait jadwal lengkap kegiatan Semana Santa.
“Kita harapkan adanya kerja sama Pemerintah Daerah dan panitia Keuskupan terkait jadwal lengkap kegiatan sehingga informasi yang kita dapatkan tidak simpang siur. Minimal ada iklan di setiap bandara. Sehingga Peziarah dari luar dapat mengetahui informasi yang tepat terkait kegiatan Semana Santa. Peziarah dari Jawa, beda persiapan dengan Peziarah dari Sumatera. Peziarah dari luar negeri tentunya persiapannya beda lagi”, ungkap yohanes.
Penulis: Sutomo Hurint
Editor: Irvan K