Mbay, Vox NTT- Tim peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Armi Susandi menyampaikan hasil penelitian prediksi curah hujan di wilayah Nagekeo di Pondok SVD Mbay, belum lama ini.
Hasil penelitian itu dalam update pemodelan prediksi curah hujan, kalender tanam dan kebencanaan iklim tahun 2018-2022 di Kabupaten Nagekeo.
Susandi dalam pemaparan hasil penelitian dan kajiannya menjelaskan, model prediksi iklim di Kabupaten Nagekeo untuk bulan Mei 2019 berdasarkan tiga dasarian tampak mulai memasuki musim kemarau.
Pada masa itu, curah hujan yang turun di Kabupaten Nagekeo sudah rendah. Pada masa ini, perlu diwaspadai serangan penyakit yang berasal dari nyamuk, seperti penyakit malaria dan DBD.
Pada dasarian 1, jelas Susandi, curah hujan di Nagekeo berada di kisaran 50 mm/dasarian.
Pada dasarian 2, curah hujan turun menjadi kisaran 10-20 mm/dasarian.
Pada dasarian 3, curah hujan di sebagian besar wilayah Nagekeo berada di kisaran 10-20 mm/dasarian.
Pada dasarian ketiga, wilayah di selatan mendapatkan curah hujan yang sedikit lebih banyak dibandingkan sebagian besar wilayah Kabupaten Nagekeo.
Untuk bulan Juni 2019, pengembangan model proyeksi iklim untuk potensi bencana iklim dan poyeksi masa tanam di Nagekeo, curah hujan masih rendah.
Pada dasarian 1, curah huajn berada di kisaran 10-20 mm/dasarian.
Pada dasarian 2, curah hujan di Desa Nagerawe hampir mendekati 0 mm/bulan.
Di wilayah selatan, curah hujan yang turun cukup banyak dibandingkan wilayah lainnya, mencapai 20-30 mm/dasarian.
Sedangkan di wilayah lainnya, curah hujan yang turun berada di kisaran 10-20 mm per dasarian. Pada dasarian ketiga, curah hujan yang turun masih berada di kisaran 10-20 mm per dasarian.
Pada bulan Juli, jelas Susandi, curah hujan di Nagekeo masih rendah.
Curah hujan rendah kini sudah mencapai tiga bulan berturut-turut.
Potensi terjadinya bencana kekeringan perlu diwaspadai.
Pada dasarian 1 bulan Juli, curah hujan yang turun mencapai 30-50 mm/dasarian.
Curah hujan ini masih tergolong rendah, namun dapat dimanfaatkan untuk menjaga ketersediaan air di desa-desa di Kabupaten Nagekeo.
Sebab, curah hujan rendah masih akan melanda Kabupaten Nagekeo hingga beberapa dasarian ke depan.
Pada dasarian 2, curah hujan yang turun berada di kisaran 10-20 mm/dasarian dan terdistribusi merata.
Pada dasarian 3, curah hujan di wilayah utara mendekati nol. Sedangkan di wilayah selatan curah hujan berada di kisaran 10 mm/dasarian.
Agustus 2019, curah hujan masih rendah. Curah hujan yang masih rendah ini menyebabkan potensi kekeringan yang juga semakin meningkat.
Pada dasarian pertama, curah hujan berada di kisaran 10-20 mm/dasarian dengan distribusi curah hujan yang cenderung lebih tinggi di utara.
Pada dasarian kedua, curah hujan yang turun masih di kisaran 10-20 mm/ dasarian dengan distribusi yang merata.
Pada dasarian ketiga, curah hujan berada di kisaran 10-30 mm/dasarian.
Pada dasarian ketiga, curah hujan yang lebih tinggi berada di wilayah selatan.
Sedangkan pada Bulan September 2019, curah hujan sempat menurun. Namun di akhir bulan, curah hujan sudah mulai meningkat dan masih tergolong rendah.
Pengembangan model proyeksi iklim untuk potensi bencana iklim dan proyeksi masa tanam di Nagekeo, pertama mendekati nol di wilayah barat laut.
Sedangkan di wilayah selatan berada di kisaran 10 mm/dasarian.
Pada dasarian kedua, curah hujan meningkat menjadi 10-30 mm/ dasarian.
Wilayah selatan masih mendapatkan curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya.
Pada dasarian ketiga, curah hujan di Kabupaten Nagekeo, berada di kisaran 20-30/dasarian dan terdistribusi merata.
Sementara pada bulan Oktober 2019, rata-rata curah hujan di Kabupaten Nagekeo mulai memasuki kategori sedang.
Pada dasarian pertama, curah hujan di selatan mendekati 100 mm/dasarian.
Sementara di lokasi lainnya, curah hujan berada di kisaran 50 mm/dasarian.
Pada dasarian kedua, curah hujan berada di kisaran 50-60 mm/dasarian dan terdistribusi merata.
Pada dasarian ketiga, curah hujan masih berada di kisaran 50-60 mm/dasarian, tetapi wilayah di selatan mendapatkan curah hujan yang lebih rendah.
Susandi lebih lanjut menguraikan bahwa pada bulan November, beberapa wilayah di Kabupaten Nagekeo tampak mulai memasuki musim hujan.
Pada dasarian pertama, curah hujan di wilayah utara dan selatan mendekati 100 mm/dasarian.
Sedangkan curah hujan di tengah Kabupaten Nagekeo berada di kisaran 50 mm/dasarian.
Pada dasarian kedua, wilayah di sekitar Desa Negarawe mendapatkan curah hujan yang paling tinggi, mendekati 100 mm/dasarian.
Curah hujan di wilayah lainnya berada di kisaran 70-80 mm/dasarian.
Pola curah hujan di dasarian ketiga, serupa dengan pola yang ditunjukkan pada dasarian pertama.
Perbedaannya adalah, curah hujan yang lebih tinggi di utara dan selatan yang melebihi 100 mm.
Pada bulan Desember, curah hujan di Kabupaten Nagekeo sudah melebihi 100 mm/dasarian.
Pada dasarian pertama, curah hujan tinggi berada di sekitar desa Nggolonio dengan curah hujan mencapai 120-130 mm/ dasarian.
Sedangkan di wilayah lainnya, curah hujan berada di sekitar 100-120 mm/dasarian.
Pada dasarian kedua, curah hujan tinggi bergeser sedikit ke selatan di sekitar Desa Negarawe.
Curah hujan di desa ini mencapai 150 mm/dasarian.
Sedangkan di desa-desa lainnya, curah hujan berada di kisaran 120-130 mm/dasarian.
Pada dasarian ketiga, curah hujan di wilayah utara menurun, namun masih tergolong tinggi.
Curah hujan di wilayah utara berada di kisaran 100-120 mm/dasarian.
Sementara itu, curah hujan di wilayah selatan mencapai 120 – 130 mm/ dasarian.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Adrianus Aba