Borong, Vox NTT-Setelah melewati jembatan Gongger, batas utara kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur, pemandangan hamparan sawah memanjakan mata di sepanjang jalan pantura.
Waktu saat melintas di wilayah ini menunjukan pukul 10.05 wita. Udara terasa panas, maklum daerah ini adalah wilayah pesisir pantai utara Manggarai.
Bulir padi tampak menguning, anak-anak petani berlari-lari di atas pematang sawah seperti turut merayakan panen raya di desa Satar Punda, Manggarai Timur.
Para petani sedari tadi sibuk memanen hasil keringatnya selama berbulan-bulan. Walaupun terlihat lelah, asa mereka sepertinya menyala-nyala melihat bulir padi yang menguning.
“Kami ke sawah turun jam 6 pak” ungkap Yosefina, seorang petani asal desa itu.
Wajah Mama Yosefina tampak berseri-seri saat didatangi langsung calon Gubernur NTT, Benny K Harman yang blusukan ke sawah-sawah warga, Kamis (26/04/2018).
Di awal percakapan, BKH bertanya,
“Ini sawah milik siapa mama?”
“Sawah data hoo ta pa (Ini sawah milik orang pak). Kami harian di sini” jawab Yosefina. Harian adalah istilah setempat untuk buruh tani yang diupah pemilik lahan.
BKH bertanya lagi,
“Berapa sehari?”
“Bersihnya dua puluh ribu per hari bapa” jawabnya.
Yosefina yang didampingi adik dan anaknya mengaku memiliki kebun tapi hasilnya belum cukup membiayai kehidupan mereka setiap hari. Belum lagi biaya sekolah anaknya yang kini mulai masuk SMA.
Usai bertemu Yosefina, BKH pun melanjutkan blusukan ke arah sawah bagian Timur, kurang lebih 50 m dari tempat Yosefina.
Di sana dia bertemu dengan seorang ibu bernama Tin. Ibu Tin dan keluarganya sedang asyik menikmati makan siang di pondok sawah mereka yang beratapkan terpal tanpa dinding.
Tumpukan bulir padi hasil panen terpampang indah di depan pondok berukuran 3×3 meter itu.
“Selamat siang mama” demikian BKH menyapa.
“Siang pak Benny” jawab Ibu Tin.
Rupanya Ibu yang kini menginjak kepala empat ini sudah mengenal wajah BKH.
“Ini sawah siapa mama” tanya BKH.
“Ini sawah kami pak Benny” jawab ibu Tin.
“Berapa hasilnya?” tanya BKH lagi
“Kali ini hasilnya sedikit bapa. Sawah kami diserang hama walangsangkit, makanya hasilnya tidak seperti tahun lalu,” jawab ibu Tin dengan muka sedih.
Berdialog langsung dengan petani adalah cara BKH menemukan masalah yang terus melilit petani di NTT. Di sela-sela jadwal kampanye yang ditetapkan KPU, lulusan doktor Universitas Indonesia ini selalu menyempatkan diri untuk bertemu langsung dengan para petani.
Dari berbagai blusukan itulah, BKH dan wakilnya Benny A Litelnoni menemukan solusi konkret yang dinyatakan dalam program unggulan mereka.
Masalah Petani
Masalah petani seperti yang diutarakan Ibu Yosefina dan Tin di atas hampir menjadi keluhan para petani lain di pelosok-pelosok NTT.
Mereka kerap menjadi buruh tani padahal punya tanah sendiri untuk digarap seperti yang dialami ibu Yosefina.
Soal lain adalah masalah hama yang mengganggu produktivitas panen seperti yang dialami ibu Tin. Masih ada lagi masalah yang mendasar seperti rendahnya pengetahuan dan modal.
“Bapa-mama jangan takut. Masalah ini bisa kita hadapi. Saya sudah temukan solusinya,” kata BKH.
Mantan anggota DPR RI tiga periode ini menjelaskan bahwa dari 85% penduduk miskin adalah petani. Itu artinya masalah kemiskinan NTT adalah masalah kaum tani.
“Kalau mau majukan orang NTT, sejahterakan orang NTT, solusinya saya sudah temukan yaitu bangun petaninya” jelasnya.
AMPERA
Membangun petani tentunya tidak bisa hanya dilakukan dengan kampanye, slogan apalagi janji-janji. BKH meyakinkan bahwa paket Harmoni sudah menyiapkan program AMPERA yakni Anggaran untuk Kesejahteraan Rakyat. Fokus dari program ini adalah penyediaan modal dan keterampilan petani.
“Kalau kita bertanya lagi mengapa kelompok petani yang kebanyakan miskin? Jawabannya ada dua masalah pokok yakni modal dan SDM (pengetahuan/keterampilan)” kata BKH.
Itulah alasanya mengapa paket Harmoni dalam setiap titik kampanye selalu menekankan modal dan keterampilan bagi petani miskin.
Lebih lengkapnya ini 6 solusi konkret paket Harmoni memberdayakan petani NTT kalau terpilih.
Pertama, bantuan modal usaha paling banyak Rp.10 juta untuk keluarga miskin.
Kedua, bantuan pupuk dan bibit agar produktivitas panen meningkat.
Ketiga, agar ada keadilan harga, BUMD akan diaktifkan untuk membeli produk petani sesuai harga yang layak.
“Peran BUMD ini juga akan membantu petani mengatasi harga yang jatuh. Pemerintah wajib membelinya,” kata BKH.
Keempat, petani diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengikuti pelatihan keterampilan bekerja melalui pengadaan Balai Latihan Kerja (BLK).
Kelima, mengadakan asuransi gagal panen. Program ini untuk membantu petani yang tanamanya diserang hama, bencana longsor, banjir bandang, puting beliung, dan lain-lain.
Keenam, menyediakan beasiswa khusus bagi anak-anak petani yang berprestasi sehingga bisa melanjutkan sekolah.
Bagaimana cara mudah agar petani mendapat akses keenam solusi ini? Paket Harmoni ternyata sudah menyiapkan solusinya yakni Kartu Petani Sejahtera atau Kartu Modal Petani.
Semua petani miskin yang memiliki kartu ini dijamin akan mendapatkan kemudahan.
Usai blusukan di desa Satar Punda, BKH dan rombongan melanjutkan perjalanan ke titik berikutnya di pedalaman kabupaten Manggarai Timur.
Penulis: Irvan K