Borong, Vox NTT-Guru di Manggarai Timur mengeluhkan pencairan dana Bosda yang harus terima di Borong, ibu kota kabupaten itu.
Pasalnya, dana Bosda yang selama ini wajib terima di Borong tentunya menghabiskan biaya mahal dan mengorbankan banyak waktu.
Demikian disampaikan Tiara, salah satu guru Bosda saat tatap muka dengan pasangan Fransiskus Sarong dan Kasmir Don (Paket SarDon), calon bupati dan wakil bupati Manggarai Timur di Nggola, Desa Compang Weluk, Kecamatan Poco Ranaka, belum lama ini.
“Selama ini saya ke Borong pergi terima dana Bosda pakai ojek. Saya bayar ojek pergi pulang 500.000. Belum lagi uang makan dan rokok untuk tukang ojek. Saya tanggung semua. Saya harus beli buah tangan untuk orang di rumah. Jadinya saya bawa pulang uang 500.000. Uang yang kami terima di Borong hanya dua juta lebih untuk tiga bulan. Saya mau beli beras sampai di kampung, uang tidak cukup. Kan harga beras di kampung 500 ribu lebih (per 50 kg),” ujar Tiara.
“Mungkin bisa dananya cair di kecamatan saja. Biar kami tidak habiskan uang banyak untuk pergi ambilnya. Kami ini, sudah gaji kecil, tambah lagi ambil gaji dengan jarak tempuh yang jauh,” keluhnya.
Karena itu, Tiara sangat berharap kepada pemerintah yang akan datang agar memperhatikan keluh kesah guru komite di Manggarai Timur yang selama ini sungguh memprihatinkan.
“Kalau bisa juga naikkan gaji kami sesuai UMR daerah ini pak. Biar kami bisa menghiduoakan keluarga,” harapnya.
Calon wakil bupati Paket SarDon, Kasmir Don berkomitmen untuk memberikan upah yang layak bagi guru swasta di Manggarai Timur.
“Kami pahami betul kondisi dan harapan teman-teman guru komite di Matim. Kami sudah mencanangkan program untuk memberikan upah yang layak bagi guru komite yaitu dengan memberikan gaji sesuai UMR Matim. Ini bukan janji. Tetapi ini adalah program kami dan harus dijalankan. Apabila kami terpilih nantinya. Jangan ragukan dengan Paket SarDon. Kami sudah menyiapkan program berdasarakan kebutuhan masyarakat Matim, termasuk guru,” ujar Kasmir Don.
Terkait keluhan terima gaji di Borong, paket SarDon berkomitmen untuk mengubah pola yang ada dengan pola yang baru.
“Semua itu kita sudah pikirkan. Kita pasti mengubah pola yang selama ini yang cukup menyusahkan teman-teman guru,” pungkasnya.
Penulis: Nansianus Taris
Editor: Adrianus Aba