Borong, Vox NTT-Cuaca cerah tergambar indah di atas langit-langit Elar, Minggu 05 Mei 2018. Pagi sekitar pukul 09.00 tepat setelah perayaan misa sekelompok kawula muda yang menamakan diri sebagai Orang Muda Katolik St. Yohanes Pemandi Lengko Elar (OMK STYLE) terlihat sibuk di sebuah sudut halaman gereja.
Beberapa di antaranya asik berdiskusi dengan panorama tumpukan buku di antara mereka. Mereka yang berambut panjang dan cantik rupanya paham kodratnya untuk merapikan tumpukan buku agar indah dipajang dan menarik mata para pengunjung.
Asik benar tampilan kekompakan itu. Semua tergambar dari hiruk pikuk yang terjadi pagi itu di halaman gereja (tua) Gereja St. Yohanes Pemandi Lengko Elar.
Tepat di pintu masuk lokasi pajangan buku itu, terpancang papan nama bertulis “Taman Baca Learning Community for Children (LCC) Otto Vollert Elar. Rupanya sekelompok kawula muda itu ingin memeperkenalkan taman baca masyarakat kepada masyarakat yang kebetulan bertepatan dengan perayaan misa hari Minggu umat Katolik.
Benar saja, usai perayaan misa berlangsung mereka bergerak cepat dengan mengajak anak-anak sekolah dan peminat literasi untuk sejenak mampir di taman baca.
Di taman baca, mereka tawarkan beberapa majalah, harian Kompas, buku bacaan rohani, buku fiksi (novel, cerpen dan komik) serta buku ilmiah mulai dari bacaan pendidikan sampai bacaan politik. Terlihat juga beberapa buku kumpulan kisah inspiratif dari tokoh-tokoh terkenal.
Mereka tidak saja sekedar menggiring anak-anak dan orang tua penggiat literasi, tetapi mereka aktif mengarahkan undangan untuk mengenal lebih jauh tentang LCC Otto Vollert dan manfaat dari kegiatan membaca tentunya. Beberapa di antara mereka aktif membimbing anak-anak dalam kegiatan membaca.
“Ambilah! Bacalah!” terdengar pekikan seorang pemuda. Semangat mereka sungguh menyala selaras dengan dengan motto taman baca mereka Ambilah! Bacalah!
Di sisi lain, anak-anak terlihat begitu antusias menghadapi situasi baru yang mereka alami hari itu. Mereka terlihat bahagia melihat dan mambaca isi buku bergambar yang ada di taman baca.
“Kaka, ini buku dari mana? Kapan buka lagi ka? Kami mau datang ke sini lagi” ungkap Putri anak sekolah kelas 3 SD yang mengaku sangat bahagia dengan kehadiran taman baca LCC Otto Vollert.
Hal senada juga dirasakan oleh para orang tua yang hadir pada kesempatan itu. Marselinus Hamis misalnya menyatakan bahwa dirinya bangga dengan kaum muda yang puya jiwa perubahan. Beliau mengaku bahwa kaum muda harus mendorong terbentuknya komunitas-komunitas belajar di luar jam sekolah.
“Taman baca seperti ini sangat bagus. Ini dapat mendorong kegiatan literasi di tengah masyrakat. Di sekolah anak-anak ditanamkan kebiasaan membaca 15 menit sebelum memulai proses pembelajaran. Tentunya saya ucapkan profisiat untuk adik-adik OMK Style yang berinisiatif membentuk taman baca ini. Perubahan itu harus dari kaum muda!” tegas Bapak yang menjabat kepala sekolah SMA Negeri 6 Elar itu.
Pater Eman, moderator Orang Muda Katolik Paroki St. Yohanes Pemandi Lengko Elar mendukung penuh kegiatan konstruktif para kawula muda ini. Beliau mengingatkan para pengurus taman baca harus mendorong terbentuknya komunitas taman baca masyarakatr berbasis data.
Kaum muda dengan LCC Otto Vollert Elar tidak saja hanya menghadirkan buku-buku, tetapi perlu mengkawal proses membaca yang bermanfaat pada kalangan muda-mudi.
“Harus terdata dengan baik dan sistematis. Berapa jumlah pengunjung, jenis bacaan yang paling diminati, sampai pada pencatatan perkembangan membaca anak” jelas pastor kapelan Paroki St. Yohanes Pemandi Lengko Elar.
Senada dengan Pater Eman, Anno Daba pengurus taman baca LCC Otto Vollert menegaskan bahwa membaca tidak sekedar melihat teks, tetapi harus lebih dari pada itu yakni kemampuan menyerap isi dan inti bacaan.
“Adik-adik perlu memaknai setiap bacaan yang dibaca. Bila perlu catat segala hal penting yang di dapat dari teks bacaan” tegasnya dalam sela-sela kegiatan membaca.
Hadirnya taman baca LCC Otto Vollert Elar tidak terlepas dari upaya mendukung percepatan gerakan literasi nasional dalam rangka mengurangi dan memberantas angka buta aksara di tanah air.
Data Kemendes menunjukan NTT merupakan salah satu propinsi dengan angka buta huruf dan daerah tertinggal yang tinggi jika dibandingkan dengan propinsi lain di Indonesia.
Selain merupakan daerah tertinggal, tantangan abad 21 telah mulai dirasakan. Arus globalisasi dengan hadrinya internet ke pelosok negeri semakin terasa. Apabila tidak ditanggapi dengan baik maka generasi kita hanya menjadi pengikut tanpa ada kreasi dan inovasi yang dapat bersaing di luar “kampung”. Menanggapi hal ini Pengurus OMK Paroki St. Yohanes Pemandi Lengko Elar serius menghadirkan taman baca LCC Otto Volert Elar.
Hadirnya taman baca LCC Otto Vollert Elar diharapkan mampu membuka cakrawala anak-anak pelosok. Kita juga mengharapkan lahirnya generasi-generasi yang mampu berbuat, bersaing, dn tidak ketinggalan informasi.
Ke depan taman baca ini diharapkan mampu menjadi pusat belajar yang menampung semua anak di kecamatan Elar. Taman baca ini akan mengembangkan kegiatan-kegiatan literasi seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar, bermain music, latihan dasar komputer dan kegiatan olah raga.
Untuk mencapai kegiatan literasi tersebut maka akan diadakan kegiatan rutin berupa jam membaca satu hari dalam seminggu dan kunjungan ke kampung-kampung untuk menjangkau anak-anak pedalaman. Kulminasi dari kegiatan ini akan diadakan camping rohani bagi anak-anak. Tentu OMK Style tak dapat berjalan sebelah kaki. Dukungan dan motivasi dari banyak pihak sangat dibutuhkan untuk memperlancar seluruh aktivitas konstruktif yang dilaksanakan di taman baca LCC Oto Vollert Elar.
Kontributor: Victor Juru
Editor: Irvan K