Borong, Vox NTT-Warga Desa Tango Molas, Kecamatan Poco Ranaka Timur kesal dengan pemerintah dan DPRD Manggarai Timur (Matim).
Warga kesal lantaran hingga kini belum ada perhatian pembangunan infrastruktur jembatan dan aspal jalan menuju desa tersebut.
Akibat jembatan belum dibangun di Kali Wae Pelas, kendaraan roda dua dan empat tidak bisa melintas ke beberapa wilayah di Desa Tango Molas.
Jekson Hasan, salah satu warga desa Tango Molas kepada VoxNtt.com di lokasi, Jumat (04/05/2018), mengungkapkan belum dibangunya jembatan permanen di Kali Wae Pelas membuat akses ekonomi terhambat.
Beberapa kali warga membangun jembatan dari rakitan bambu, namun tidak kuat dan cepat terhanyut saat banjir.
Pada pekan lalu lanjut dia, banjir bandang menyapu semua titian yang dibuat warga akibat derasnya arus Kali Wae Pelas.
Jekson mengatakan, masyarakat sangat membutuhkan jembatan tersebut. Sebab, ruas tersebut merupakan jalur terdekat menuju Lawir, ibu kota Kecamatan Poco Ranaka Timur. Jika jembatan permanen dibangun di Kali Wae Pelas, maka warga desa di bagian timur kecamatan itu sangat dekat dan bahkan hitungan menit menuju Lawir.
Namun lantaran jembatan belum dibangun, warga terpaksa harus berjalan kaki hingga berjam-jam. Mereka terpaksa harus putar dari arah Colol- Hutan Bangga Rangga hingga Lawir.
Tak hanya soal akses cepat, warga di Desa Tango Molas khususnya di Kampung Kenko tidak banyak mendirikan rumah permanen akibat jembatan di Kali Wae Pelas belum dibangun oleh pemerintah.
Kendaraan pembawa material tidak ada yang berani menuju Desa Tango Molas.
Terkecuali keluarga yang mampu karena mengangkut pasir dari batas kali menuju rumah dengan tenaga manusia.
Jekson menambahkan, Desa Tango Molas dan Wangkar Weli merupakan salah satu daerah penghasil kopi arabika dan robusta di Kecamatan Poco Ranaka Timur.
Sayangnya, kelimpahan hasil bumi tidak diimbiangi dengan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang memadai. Akibatnya, harga komiditi warga dibeli dengan harga murah oleh para pedagang.
“Kami harus mengangkut beban hingga lima kilometer sampai batas aspal,” kata Jekson.
Menurut dia, selama ini masyarakat sering menyampaikan kondisi tersebut kepada pemerintah dan DPRD Matim yang melakukan reses di Desa Tango Molas. Namun, hingga kini belum ada perhatian untuk membangun jembatan dan aspal jalan.
“Harapannya , ke delan jembatan dan jalan aspal segera dikerjakan agar warga bebas dari pikul beban sejauh lima kilonmeter. Kami mau bebas dari ketertinggalan dan isolasi,” ungkap Jekson.
Penulis: Nansianus Taris
Editor: Adrianus Aba