Tambolaka, Vox NTT– Kehangatan senja menyambut kehadiran paket Harmoni di Desa Waipatando, Kecamatan Wewewa Tengah, Kabupaten Sumba Barat Daya, Jumat (18/05/2018) sekitar pukul 15.30 wita.
Ratusan masyarakat yang sudah menunggu sejak siang tadi, telah memadati kemah sederhana hasil gotong royong warga setempat.
Desa ini cukup jauh dari keramaian kota dan masih tergolong udik. Listrik dan air minum bersih masih menjadi kerinduan sejak Indonesia merdeka.
Sebagian masyarakat desa masih berharap air hujan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Begitu pula akses pendidikan, masih banyak anak-anak mereka yang putus sekolah.
Foto: Rombongan Harmoni saat disambut di Desa Waipatando, Kecamatan Wewewa Tengah, Kabupaten Sumba Barat Daya, Jumat (18/05/2018)
Walaupun hidup dalam situasi serba sulit, namun wajah mereka tampak sumringah sore ini.
Semburat senja dari ufuk Barat bagaikan simbol harapan yang belum sirna.
Bagaimana tidak, desa yang jaraknya sekitar 20 KM dari Tambolaka, ibu kota SBD ini, terpilih menjadi acara launching Kartu Petani Sejahtera (KPS) dari paket Harmoni.
KPS dilauncing secara resmi disaksikan ratusan petani desa Waipatando yang hadir.
Sebelum melauching kartu ini, Benny K Harman, memaparkan, sebanyak 85% dari total 1,2 juta orang miskin di NTT adalah petani.
“Karena itu perjuangan meretas kemiskinan NTT adalah perjuangan memperbaiki nasib petani,” ungkap BKH disambut tepuk tangan meriah masyarakat yang hadir.
Tak hanya memberi penjelasan, BKH juga langsung berdialog dengan masyarakat untuk mendengar keluhan mereka.
Dari semua keluhan tersebut ditemukan beberapa masalah pokok seperti kekurangan modal usaha, keterampilan, keterbatasan pupuk dan bibit, gagal panen, hingga biaya pendidikan anak.
Foto: BKH saat memberikan nutrisi makanan babi secara simbolik kepada seorang ibu. Produk ini adalah hasil buatan tim Harmoni di SBD.
Berbagai masalah ini kerap menjadi kerisauan petani di daerah ini bahkan NTT pada umumnya.
“Inilah alasan mengapa penduduk petani terus dililit kemiskinan pak Benny,” ungkap Piter Pulang, tokoh muda di Wewewa Tengah saat menanggapi BKH.
Manfaat KPS
KPS sebagaimana diwacanakan selama ini memiliki enam manfaat.
Pertama, pemerintah menyediakan bantuan modal usaha paling banyak Rp.10 juta untuk keluarga miskin.
Kedua, bantuan pupuk dan bibit agar produktivitas panen meningkat.
Ketiga, agar ada keadilan harga, pemerintah bersama BUMD akan membeli produk petani sesuai harga yang layak.
Keempat, petani diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengikuti pelatihan keterampilan bekerja melalui pengadaan Balai Latihan Kerja (BLK).
Kelima, mengadakan asuransi gagal panen. Program ini untuk membantu petani yang tanamanya diserang hama, bencana longsor, banjir bandang, puting beliung, dan lain-lain.
Keenam, menyediakan beasiswa khusus bagi anak-anak petani yang berprestasi sehingga bisa melanjutkan sekolah.
Foto: Penyerahan simbolis formulir KPS kepada seorang bapak
Usai dialog dan menjelaskan keenam manfaat KPS secara rinci, BKH kemudian menyerahkan formulir KPS kepada seorang Bapak sebagai simbol diresmikannya kartu ini.
“Bapa-mama, ini adalah solusi dari paket Harmoni. Kalau bapa-mama sepakat untuk keluar dari kemiskinan, pilih paket Harmoni. Jangan sampai dukung program kami lalu tusuk orang lain. Kalau seperti itu maka kartu ini tidak bisa terpakai,” pesan BKH sambil menyerahkan formulir KPS.
Harapan Baru
Lali Wunda (52), seorang ibu rumah tangga asal desa Waipatando menyambut baik kehadiran KPS Harmoni.
“Pak kami senang dengan kartu ini. Selama ini kami mau omong tapi kami tidak tahu omong lewat siapa. Kartu ini jawaban dari masalah kami” ungkap ibu Lali.
Warga lain, Lukas Bulu Beleka juga menyambut gembira kehadiran KPS.
“Satu pesan kami semoga nanti kartu ini jangan salah sasar. Kalau petani miskin yang dapat NTT bisa sejahtera” ungkap Lukas.
Demikian pun Lelu Lero, petani jambu mente di desa itu.
Lelu menyebut dengan adanya Kartu Petani Sejahtera bisa membawa harapan baru bagi petani NTT khususnya dari jerata ijon.
“Jika pemerintah yang beli komoditi kami dengan harga layak, kami pasti sejahtera pak” ungkapnya berapi-api.
Penulis: Irvan K.