Larantuka, Vox NTT– Stanislaus Duli Armata adalah satu dari sekian banyak pelajar yang sejak kecil telah dididik oleh orangtuanya bahwa hidup ini butuh perjuangan.
Hidup ini keras, maka tempalah diri dalam semangat tak mudah menyerah dan puas dengan apa yang dicapai.
Spirit ini jadi bekalnya sejak kelas lima Sekolah Dasar.
Ayahnya adalah seorang aktivis koperasi yang memulai karirnya dari tanah rantau.
Pengalaman hidup yang keras dan selalu berjuang dengan cara kerja yang halal menjadi motivasi bagi anak-anaknya dalam hidup.
Pelajar usia 14 tahun ini adalah tipikal pekerja keras yang selalu memadukan waktu belajar dan ikut menjalankan wirausaha di Kampung Lamatewelu, Nusa Tadon Adonara.
Dia dengan giat dan tak bosan-bosannya sebagai seorang pedagang minyak tanah.
Putra dari Gervasius Gega dan Maria Vinsensia Sabon ini baru saja lulus SMPN Lamatewelu Adonara Timur.
Selama mengenyam pendidikan di SMPN Lamatewelu dirinya dipercayakan oleh kawan-kawan dan segenap komunitas sekolah menjadi ketua OSIS.
Bakat kepemimpinannya sebenarnya mengalir dari sang ayah yang sehari-hari bekerja sebagai aktivis koperasi dari KSP Kopdit Pintu Air Cabang Larantuka dan sang ibu yang adalah seorang guru Sekolah Dasar.
Tipikal ayah yang tegas dan penuh komitmen serta sang ibu yang selalu penuh kelembutan dan penuh kewibawaan menjadi perpaduan yang sempurna dalam diri Stanley, demikian ia biasa disapa.
Stenley sendiri sudah menjadi anggota koperasi dari KSP Kopdit Pintu Air.
Kakak dan adiknya juga anggota koperasi. Mereka belajar dari ayah bahwa koperasi itu sangat bagus dalam membantu dan merangkul anggota.
Dari koperasilah mereka belajar untuk berwirausaha. Ayah Stenley menjadi teladan yang ikut menawarkan usaha jualan minyak tanah.
Stenley setuju dan memulai usaha itu sudah dari kelas lima SD. Dia juga merasa heran sendiri karena bisa bertahan dari kelas lima sampai dengan tamat SMP ini.
Stanley mengatakan, dalam usaha berdagang minyak tanah semua izin diurus oleh sang ayah dan ibu.
Dirinya diminta untuk beriktihiar dengan setia menjadi pedagang minyak tanah.
Dalam sebulan biasanya mereka harus mendroping tiga sampai dengan empat kali minyak tanah dari Waiwerang ke Lamatewelu.
“Saya lihat untungnya sangat banyak dan orangtua saya mengaturnya untuk pendidikan saya. Sudah dari kelas lima SD saya lihat jumlah uang yang banyak mulai dari Rp 500.000-1000.000 lebih,” kata Stenley kepada VoxNtt.com.
Saat ini Stanley sedang mempersiapkan diri untuk menjadi pelajar SMA.
“Saya makin dewasa dan yang paling penting saya bisa berpikir dengan pikiran saya sendiri untuk masa depan saya kelak. Semuanya terjadi seperti sekarang ini karena memang saya ditempa dalam iklim keluarga yang tidak malas dan santai,” ucapnya.
Orangtua Stenley selalu doktrin jika malas maka tidak sukses. Dia pun selalu ingat kata-kata itu. Sebabnya, Stenley yakin kehidupan dan masa depan akan sangat baik dengan semagat dan daya juang yang dimiliki.
“Saat ini saya punya tabungan yang lumayan membanggakan setidaknya bisa untuk urusan sekolah lanjut dan urusan lainnya. Kedepannya saya ingin jadi wirausahawan sukses,” ujar Stanley.
Penulis: Hengky Ola Sura