Kupang, Vox NTT- Dukungan terhadap MN/RN, calon TKW asal Nagekeo, korban penganiayaan dan pemerkosaan terus mengalir dari berbagai kalangan, baik unsur pemerintahan, seperti DPRD Provinsi NTT, lembaga nonpemerintahan, seperti LBH dan LSM pemerhati masalah kemanusiaan, maupun kalangan pemuda Nagekeo di Kupang.
Di tengah arus dukungan yang menguat, korban berhadapan dengan dua keterangan berbeda dari suami istri (Sutri), Beni Banoet dan Ida, pemilik PT Dharma Kerta Raharja yang merekrut korban melalui pegawai lapangan (PL) Markus Kewo, pelaku penganiayaan dan pemerkosaan terhadap RN.
Sebagaimana dirilis media ini, Rabu (15/08/2018), Ida membantah dan mengaku tidak mengenal Markus Kewo dan RN saat VoxNtt.com menyambangi rumahnya di belakang Gedung Keuangan Walikota, Kota Kupang, Senin (13/08/2018) malam.
Baca: Di Balik Wajah Gelisah Ida, Istri Penyalur TKI Asal Kapan
Pengakuan Ida ini terbantahkan dengan adanya pengakuan suaminya, Beni. Memang sebelumnya, Beni mengaku istrinya tidak terlalu mengenal Markus dan RN.
Namun, setelah ditanya berulang kali Beni akhirnya mengaku, kalau istrinya juga mengenal Markus dan RN karena keduanya diikutsertakan melayat ayah mertua Ida atau ayah Beni di Kapan, TTS pada hari dimana Markus dan RN tiba di Kupang.
Dia juga mengaku kalau selama di rumah di Kupang, Markus dan RN berinteraksi dengan istri Beni, walau menurutnya cuma beberapa hari saja karena istrinya ada urusan urusan di Soe.
“Istri saya tidak terlalu kenal pak, waktu di rumah memang dia tahu. Waktu itu istri saya hanya sekali di rumah pak, karena ada urusan kontrak rumah di Soe. Ya, dia tahu karena waktu bawa mereka ke sana kan ketemu pak. Setelah itu di rumah di Kupang, hanya istri saya dua hari saja di rumah. Ya, bertemulah. Iya, bertemu pak. Iya,” jawab Beni ketika wartawan memintanya untuk memberikan pengakuan yang sebenarnya.
Baca: Kasus TKW, Pemuda Nagekeo Temui DPRD NTT
Pengakuan Beni ini diperkuat dengan penjelasan lanjutannya. Dia menjelaskan, selama di Kapan RN nginap di rumah tantanya Beni, diantar istrinya karena RN mengaku pemali makan di tempat berduka.
“Beberapa hari itu karena pemali kalau makan di tempat duka, jadi istri saya antar ke tanta saya, dekat, bersebelahan rumah. Dia tinggal di situ, makan di situ dengan anak-anak saya, semua di situ,” ungkapnya.
Kendati demikian, Beni membantah kalau RN dianiaya Markus di rumahnya. Dia menyampaikan, RN sudah sakit sejak tiba hari pertama di Kupang dan sering kesurupan dan berlaku aneh. Hal itu dijelaskan Beni saat diwawancarai VoxNtt.com via telepon, Rabu (15/08/2018) atau dua hari setelah pengakuan istrinya.
Baca: Polisi Masih Pelajari Laporan Calon TKW
Namun sebagaimana kondisi istrinya saat diwawancara, Beni juga terbata-bata dan cenderung kurang nyambung saat memberikan penjelasan.
Beni pun kaget ketika korban bisa memberikan keterangan kepada media ini perihal kekerasan yang dialaminya selama di rumah Beni. Diduga kuat, saat dihantar ke Pelabuhan Bolog menuju Aimere, RN diminta untuk tutup mulut.
“Sebelumnya minta maaf pak, itu pak mereka dapat informasi dari mana? Ooo korban bisa baomong? Bukan dengar cerita dari orang?,” reaksi Beni ketika diberitahukan, berita di media ini merupakan pengakuan langsung dari korban.
Pengakuan RN ini pun dibantah keras oleh Beni, menurutnya RN memang sudah dalam kondisi tidak sehat sejak dari kampungnya.
“Informasi yang dianiaya dan diperkosa itu tidak benar pak. Minta maaf pak, saya ini orang dewasa punya istri dan punya anak perempuan, saya perihatin sekali dengan informasi bahwa perbuatan itu di depan saya itu aduh, mungkin saya bukan manusia lagi tetapi binatang,” terang Beni.
Baca: Ini Sikap Pokja MPM dan Kejanggalan Polsek Boawae dalam Kasus TKW RN
Mengenai luka di kepala RN, Beni menjelaskan, karena RN jatuh pingsan di kamar mandi dan kepalanya terbentur di bibir bak kamar mandi. Namun selama menjelaskan peristiwa itu, Beni terbata-bata dan mencurigakan, diduga dia sedang berbohong.
Beberapa kali bahkan dia terdiam baru pembicaraannya dilanjutkan, namun pembicaraan selanjutnya cenderung tidak nyambung dengan apa yang ia jelaskan sebelumnya. Hal ini menyebabkan wartawan kesulitan untuk menyimpulkan inti penjelasan Beni.
“Saya mau kasih tahu bapak. Hari ketiga, kurang lebih hari jumat itu pa, itu setelah kencing berak terus bawa ke kamar mandi, dia masih bisa angkat gayung poa (tuang air) di ini, hanya dua kali terus dia jatuh di kamar mandi. Itu yang mata kena di bibir bak kamar mandi itu. Jatuh di dalam dan tidak bisa bangun. Jatuh di dalam itu pingsan, terus nona sama saya, sama si markus, kita pikul dari dalam kamar mandi bawa lagi ke kamar,” jelas Beni terbata-bata.
Sementara memar di paha, Beni mengaku, itu diinjak Markus. Markus menginjak paha RN karena menurut Beni, RN kesurupan dan berontak ingin lari keluar rumah.
Baca: Tak Layani Nafsu Perekrut, Calon TKW Dianiaya Hingga Kritis
Dia menjelaskan, peristiwa itu bermula ketika saat bangun tidur siang, Rince mandi. Usai mandi, keluar dengan kondisi telanjang bulat. Melihat peristiwa itu lanjut Beni, ia bersama anak perempuannya dan Markus membawa memegang RN dan membawanya ke kamar.
“Tidur siang, sore dia bangun, bangun, sudah kebiasaan dia mandi terus duduk di sini. Saat duduk sore terus mandi. Si anak saya ini kan jaga dia. Dia mandi, mandi seperti biasa. Setelah mandi, tanya bilang sudah. Dia dijaga nona karena permisi, dia tidak tutup pintu karena takut jatuh lagi. Nona yang jaga di pintu kamar mandi (anak Beni sedang kuliah), saat bilang sudah selesai mandi, anak saya ke kamar depan ambil handuknya (sebut nama RN). Belum sampai ke kamar mandi si Rince itu keluar telanjang. Jalan telanjang keluar, kami di luar semua. Kaget dia di luar, loh kenapa ini? Baru kita bopong dia masuk kembali. Masuk kembali pak yang di, dipegang satu tangannya anak saya, pegang sebelah si Markus pegang dia berontak pak, mau lari lagi, mau keluar. Jadi ambil handuk cepat-cepat, baru ambil handuk untuk ganti pakaian. Nah di dalam saat ganti pakaian itu dia katanya berontak lagi. Jadi si Markus injak di kakinya supaya jangan lari katanya, itu yang memar di paha itu pak,” ujar Beni terbata-bata sambil mengklarifikasi, jika itu bukan penganiayaan.
Penulis: Boni J