Borong, Vox NTT-Hubertus Mingga, warga Mbeling, Desa Gurung Liwut, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) merasa ditipu kontraktor mitra PLN Ruteng saat pemasangan meteran di rumahnya.
Pasalnya, saat pemasangan meteran di rumahnya, pemasang mengatakan bahwa meteran tersebut berkapasitas 1.300 KWH. Tetapi, dari informasi yang dihimpun Hubertus menyebutkan bahwa meteran di rumahnya hanya 900 KWH.
Kapasitas meteran diketahui Hubertus saat mengisi pulsa elektrik pada 4 September lalu.
“Saya beli pulsa untuk pertama kali di pos giro. Di bukti pengisian tertera bahwa meteran ini benar 900 KWH. Bukan 1.300 seperti yang mereka sampaikan. Akhirnya di sini kami diam saja. Kami bingung mau sampaikan soal ini ke siapa. Saya merasa ditipu betul,” keluh Hubertus saat ditemui VoxNtt.com di Mbeling beberapa waktu lalu.
Selain KWH yang tidak sesuai, meteran yang dipasang di rumahnya itu pun atas nama orang lain, yakni Agustinus Sandu.
Padahal, meteran yang dipasang seharusnya sesuai dengan usulan sebelumnya, yakni atas nama Hubertus Mingga.
“Sesuai usulan dan pembayaran uang. Saya usul meteran 1.300 dan pembayaran sudah lunas,” imbuhnya.
Sebab itu, Hubertus berharap agar nama yang terdata di meteran harus diubah sesuai usulan sebelumnya.
“Saya takut ada persoalan di kemudian hari. Lalu mereka tidak memberikan kepastian waktu sampai kapan ganti nama ini. Nama yang ada dalam meteran ini Agustinus Sandu. Katanya ada pendobelan nama. Tetapi, saya meragukan alasan itu,” ujar Hubertus.
Dia menambahkan, awal kisah pemasangan meteran itu, dirinya pergi di salah stau aparat desa. Kala itu, aparat desa menyuruh Hubertus untuk membayar lunas terlebih dahulu, baru meteran listrik dipasang di rumahnya.
Setelah mendengar arahan itu, Hubertus pun memutuskan untuk membayar lunas. Tetapi, bukti pembayaran saat serah terima meteran tidak diberikan oleh aparat desa.
“Katanya, bapak percaya saja. Saya pun menuruti saja. Waktu itu dia meyakinkan saya bahwa itu meteran 1.300. Tetapi, dalam hati saya ragu karena ada informasi bahwa itu meteran 900,” katanya.
“Waktu itu, saya telepon Ibu Diana (kontraktor pemasangan meteran) di depan bapa Ica (aparat desa). Saya bilang, ibu, untuk pelunasan meteran 1.300 ini. Tapi, ibu Diana juga tida bilang meteran 900 ini. Setelah cek, aduh buat pusing,” sambung Hubertus.
Karena itu, Hubertus berharap kepada pihak PLN agar secepatnya menggantikan meteran di rumanya. Hal itu tentu saja sesuai dengan usulan sebelumnya, yakni meteran 1.300 KWH dan atas nama Hubertus Mingga.
“Saya sudah bayar lunas meteran 1.300, masa dipasang yang 900. Saya usul dan bayar yang 1.300 karena sesuai kebutuhan pemakaian di rumah,” tandasnya.
Penulis: Nansianus Taris
Editor: Ardy Abba