Larantuka Vox NTT-Pemimpin Gereja Katolik Keuskupan Larantuka, Flores Timur, NTT meminta jadwal pemilu serentak pada Rabu, 17 April 2019 digeser secara nasional. Alasan mendasarnya karena tanggal tersebut bertepatan dengan perayaan Semana Santa umat Katolik di Larantuka.
Uskup Larantuka, Mgr.
Fransiskus Kopong Kung yang dikonfirmasi VoxNtt.com, Jumat (14/09/2018), di sela-sela
pertemuan para pastor se-keuskupan Larantuka di Hokeng, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores
Timur mengatakan, perayaan Semana
Santa tidak saja dirayakan oleh umat agama Katolik di Larantuka tetapi umat
Katolik di Indonesia dan dunia.
Frans menjelaskan, pergeseran pelaksanaan pemilu di Keuskupan Larantuka pernah terjadi
pada tahun 2009. Saat itu pemilihan legislatif secara
nasional terjadi pada Kamis, 9 April 2009 yang bertepatan dengan hari raya
Kamis Putih.
Namun pada waktu itu, pelaksanaan
pemilu untuk wilayah Keuskupan Larantuka dapat digeser 5 hari sesudah penetapan
KPU atau sehari sesudah paskah.
“Sekarang, kita tidak lagi
meminta jadwal pemilu digeser hanya untuk wilayah NTT. Kita minta jadwal pemilu
dapat digeser secara nasional. Perayaan
Semana Santa bukan saja dirayakan oleh umat Katolik di Larantuka, tetapi dirayakan oleh semua umat Katolik di Indonesia dan dunia. Pekan Semana Santa digunakan umat sebagai masa-masa untuk merenung dan bertobat. Dengan pelaksanaan pemilu serentak
yang bertepatan dalam masa Semana Santa, tentunya akan mengganggu konsentrasi
umat yang menjaninya,” ungkap Frans.
Frans, menuturkan hampir sebagian
besar masyarakat di Kabupaten Flores Timur dan sebagian Lembata ikut
melaksanakan perayaan Semana Santa.
Selain itu tidak saja umat
Katolik, umat Islam pun turut dilibatkan dalam pelaksanan
Semana Santa.
Oleh karena itu, baik Semana Santa dan Pemilu, tentu keduanya tidak akan dijalankan secara maksimal di Flores Timur.
“Para petugas penyelenggara
pemilu di Flores Timur adalah juga petugas pelaksana Semana Santa. Pemilu
sebagai pesta demokrasi dan Semana Santa sebagai perayaan iman umat agama
Katolik adalah dua hal yang tidak dapat dikorbankan salah satunya,” katanya.
Frans mengaharapkan ke depannya Negara mesti
dapat memperhatikan penetapan jadwal hajatan besar agar tidak lagi bertepatan
dengan perayaan iman umat agama.
“Selain pemilu yang bertepatan
perayaan Semana Santa umat Katolik, hajatan besar negara lainnya tidak boleh
ditetapkan pada hari raya umat agama lain. Misalnyadalam perayaan iman agama Budha, Hindu, Islam, Kristen,
dan Kong Huchu,” tegas Frans.
Sementara itu, Muhammad Soleh Kadir, tokoh muda Islam Flores Timur
berpendapat bahwa pemilu adalah pesta demokrasi yang butuh keterlibatan seluruh
warga.
Karena itu, jadwal pemilu yang bertepatan dengan perayaan Semana Santa diharapkan bisa ditinjau kembali.
“Saya mohon bisa ditinjau kembali hajatan pemilunya karena bertepatan
dengan perayaan Semana Santa. Hal ini menurutnya demi menjaga keberlangsungan pemilu
yang bermartabat serta pekan suci Semana Santa yang mulia. Saya sekali lagi
berharap solusi konkret bagi semua warga bangsa demi kemajuan bangsa dan
negara,” demikian harap Muhammad.
Penulis: Sutomo Hurint dan Hengky Ola
Editor: Hengky Ola
Trending
- PKB Mabar Ajak Masyarakat Komodo Selatan Pilih Pemimpin Berpengalaman
- Sewargading Pastikan Wilayah Poros Selatan Solid Dukung Edi-Weng
- Kepala Kantor Pertanahan Bantah Tudingan Bagian dari Mafia Tanah di Manggarai Barat
- Kampanye Akbar Melki-Johni Bakal Dihadiri Tiga Puluh Ribu Orang
- Karolina Menangis Haru Usai Dapat Bantuan Kursi Roda untuk Anaknya dari Christian Widodo
- Hadir dalam Acara Ultah Christian Widodo, Josef Nae Soi: Kota Kupang Butuh Dukungan Orang Muda
- Status Tersangka Maksi Ngkeros Dianggap Gugur, Kejaksaan: Kami Masih Tunggu Petunjuk Provinsi
- Erupsi Lewotobi dan Pilkada Serentak di NTT