Borong, Vox NTT-Setelah melewati proses pembangunan selama dua tahun, akhirnya Gereja Katolik Santa Maria Fatima Cancar, resmi digunakan.
Peresmian gereja ditandai dengan pembukaan selubung plang bertuliskan identitas gereja oleh Administrator Keuskupan Ruteng Mgr Silvester San Pr usai misa pada Rabu sianh (3/10/2018).
Meski sudah diresmikan, Gereja Katolik Santa Maria Cancar itu masih perlu dilengkapi.
Antonius Djoni, salah seorang donatur saat ditemui sejumlah awak media usai misa peresmian gereja itu mengatakan pihaknya memuji partisipasi aktif umat yang dikoordinasi pastor paroki.
Kata dia, meskipun secara formal sudah diresmikan, pembangunan gereja tersebut baru mencapai 80 persen.
“Masih banyak yang harus dilengkapi seperti tempat duduk umat, plafon, dan bangunan pelengkap lainnya. Pekerjaan-pekerjaan lanjutan itu masih membutuhkan partisipasi semua pihak,” katanya.
Ia bersama donatur lainnya merasa tergerak hatinya agar umat di paroki itu bisa memiliki gereja yang menjadi pusat pengembangan iman umat.
“Semua tergerak hati. Ada perhatian pemerintah, keuskupan, solidaritas seluruh umat, dan teman-teman donatur. Saya sendiri hanya sebagai umat di sini,” ujar Antonius.
Dia juga berharap agar pemerintah bisa menata para pedagang pasar yang berjualan di tepi jalan tak jauh dari gereja tersebut.
Pemerintah diharapkan menyediakan lokasi dan fasilitas berdagang yang layak agar ibu kota Kecamatan Ruteng itu tertata rapi.
Sementara itu, Administrator Keuskupan Ruteng Mgr Silvester San saat misa menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam pembangunan gereja tersebut.
Mereka adalah umat paroki, pastor paroki Romo Aloysius Gambur Pr, dan para donatur.
“Diharapkan kehadiran gereja ini menumbuhkembangkan kehidupan umat untuk mengandalkan Yesus dalam setiap pewartaan dan karya,” kata Mgr Silvester.
Senada dengan Mgr Silvester, Pastor Paroki Cancar Romo Aloysius Gambur Pr mengatakan pembangunan gereja tersebut tercapai berkat kerja sama seluruh umat, donatur dan berbagai pihak.
Semua terlibat dengan caranya masing-masing sehingga gereja baru tersebut bisa diselesaikan dan kini resmi digunakan.
Romo Aloysius juga mengatakan selama proses pembangunan gereja, mereka sempat mengalami berbagai kendala.
Namun semuanya bisa dilalui sehingga saat ini gereja tersebut bisa digunakan.
“Bunda Maria dan Tuhan Yesus sendirilah yang mempersatukan umat sehingga secara bersama-bersama bekerja demi pembangunan gereja ini,” ujar Romo Aloysius.
Ketua Dewan Paroki Cancar Tarsi Tapu mengatakan, awalnya umat tak menyangka akan memiliki gereja yang megah. Namun kuatnya persatuan dan kerja sama umat serta bantuan para donatur, gereja tersebut akhirnya bisa diselesaikan.
“Partisipasi umat sangat tinggi. Mulai dari kumpul uang, kumpul semen, batu, pasir. Ada juga donatur yang spontan memberikan bantuan. Misalnya lihat pagar belum dibangun, langsung bantu bangun pagar. Begitu juga yang lainnya,” ujarnya.
Ia berharap gereja megah yang dibangun bersama itu akan memotivasi umat dalam mengembangkan imannya. Umat semakin rajin beribadah sehingga perayaan Ekaristi selalu dihadiri banyak umat.
Selain itu, kekompakan dalam membangun gereja mesti menjadi awal kekompakan umat untuk mewujudkan gereja yang mandiri.
Abraham Pi Dawe, salah seorang umat, menambahkan dirinya merasa terharu ketika gereja yang mereka bangun itu bisa selesai dan resmi digunakan.
Jika sebelumnya berdoa di bawah bangunan yang tidak layak, kini mereka bisa beribadah dengan tenang dalam gereja yang megah.
“Saya merasa terharu sekali dengan adanya gereja ini. Saat berdoa, kami sudah bisa merasa nyaman, tenang,” ujarnya.
Penulis: Nansianus Taris