Larantuka, Vox NTT– Pembukaan festival seni budaya Nubun Tawa di Lapangan Desa Bantala, Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores Timur, pada Jumat (05/10/2018) berlangsung meriah.
Para wisatawan dan tamu undangan disambut dengan tarian soka atau tarian penjemputan tamu yang dibawakan oleh 250 peserta anak-anak sekolah dasar dari SDK Bantala dan SDI Waitiu.
Pada bagian akhir tarian penyambutan tamu ini terbentuk formasi kata Lewolema dan gambar hati. Formasi tarian ini sebagai simbol persatuan dan kesatuan masyarakat kecamatan Lewolema dalam semboyan Tala Lewo Lema Ongo Lola Rua.
Adapun dua atraksi budaya yang dipentaskan dalam festival ini atraksi budaya ‘Sadok Nonga’ dan ‘Leon Tenada’.
Kedua atraksi yang dibawakan oleh komunitas adat Lewolema pada pergelaran hari pertama Festival Nubun Tawa ini, berhasil membuat decak kagum para wisatawan.
Makna Sadok Nonga
Sadok Nonga adalah tinju adat yang berasal dari budaya masyarakat desa Bantala. Tradisi ini sedari dulu dilakukan pada masa-masa akhir panen sebagai bentuk syukur terhadap berkat dari hasil panen.
Sadok Nonga berasal dari kata Sadok dan Nonga. Dalam bahasa setempat (Lamaholot Dialeg Lewolema) sadok berarti tinju dan nonga berarti bakul tempat menampung padi yang terbuat dari anyaman daun lontar.
Penamaan Sadok Nonga ini merujuk pada tindakan meninju yakni Sadok dan media yang digunakan sebagai sasaran meninju yakni Nonga. Kedua kata ini berasal dari bahasa Lamaholot dialeg Lewolema.
Nonga atau wadah yang terbuat dari anyaman lontar ini diisi daun jerami yang dibawa oleh para pria disekitar mesbah batu persembahan yang berada di tengah-tengah kebun menuju ke pondok tempat penyimpanan padi. Para pria yang membawakan Nonga ini memanggil pria-pria di seputaran pondok untuk meninju Nonga dengan sekuat tenaga hingga Nonga tersobek.
Tradisi ini hingga saat ini masih dilakukan oleh masyarakat desa Bantala sebagai bentuk ekspresi suka cita dan kegembiraan atas hasil panen dan semangat kesatriaan pria desa Bantala.
Dalam pegelaran festival Nubun Tawa, tinju adat ini dibawakan oleh puluhan pria desa Bantala.
Makna Leon Tenada
Leon Tenada adalah lomba memanah tradisional yang dilakukan oleh komunitas masyarakat adat Lewolema dalam rangkaian kegiatan Hone Koko atau membangun rumah adat. Tradisi ini biasanya dilakukan sebagai salah satu bentuk syukuran atas terselesainya pembangunan rumah adat.
Tradisi Leon Tenada ini masih dipertahankan hingga saat ini, bahkan menjadi salah satu rangkaian kegiatan yang dinanti-nanti oleh pria-pria Lewolema saat membangun rumah adat.
Dalam festival Nubun Tawa, lomba memanah ini dibawahkan oleh komunitas masyarakat adat desa Painapang. Peralatan yang disediakan dalam lomba memanah tradisional ini adalah busur dan anak panah. Lomba memanah akan dihentikan jika salah satu peserta sudah mengenai obyek sasaran yang terbuat dari batang pohon ‘Padu’. Salah satu jenis pohon yang bergetah putih.
Sorak sorai kegembiraan dari ribuan pengunjung wisatawan lokal maupun nasional kala Petrus Balukh salah satu peserta lomba memanah mengenai obyek sasaran.
Para wisatawan dan beberapa tamu dari tokoh-tokoh pemerintah daerah seperti Bupati dan Wakil Bupati Flores Timur, dan KepalaDinas PKO Flotim pun turut mengambil bagian dalam pembukaan festival ini.
Penulis: Sutomo Hurint
Editor: Hengky Ola