*)Puisi-Puisi Edy Soge Ef Er*
Rindu Dari Padang Sunyi
:A.R.
“Aku ke Malaisya menengok famili. Ayah sedang sakit parah.”
Dari pelabuhan Lorens Say engkau mengirim pesan
Aku baru membacanya setelah hujan hari itu
Kelopak bunga gugur di antara rinai
Taman jadi lagu gugur bunga
Aku mengheningkan rindu segala kenangan tentang kau
“Kita tidak saling kontak. Soalnya ade di biara
Mengembara dalam sunyi dan kk di negeri orang,
Suatu serpihan getzemani.”
Kopi tinggal dingin asbak tinggal debu
Putik-putik musim berbuah di pelupuk daun
Aku memandang jauh memeluk sayup-sayup gambarmu
Di Bukit Manuk tempat kita nyalakan lilin
Untuk menerangi lorong cinta….
Engkau merapihkan tudung, dan
Aku tenggelam dalam huruf-huruf sajak di bibirmu
Sebuah kenangan yang malu-malu kita hadirkan
Di hadapan salib Tuhan
“Ade, jangan lupa memutar kenangan untuk sarapan pagimu
Dan merawatnya bersama tidurmu selama aku di kejauhan
Mengibarkan lampin harapan: setia sampai mati.”
Aku di beranda biara
Membentangkan rindu dari padang sunyi:
Semoga kujumpai kau ketika hujan lebat sekali
Dan kita mengikhlaskan sebuah pelukan
Atas nama cinta laki-laki dan perempuan
Jumat, 23 Februari 2018
Suatu Senja Di Lorong Biara
: A.T.
Suatu senja di lorong biara
Engkau bertanya padaku:
“Ef Er, apa artinya ‘semilir’, dan dosakah
Bila kutitipkan sepoi rindu pada pias jubahmu?”
Angin berembus lembut menyapu wajahmu
Melati putih serpihan purnama, gadis Timor
Keindahan yang tak selesai aku kagumi
Aku memandangmu dengan senyum
Sambil kubisikkan puisi jiwa:
“Semilir adalah wajahmu yang merekah senyum
Membuat aku tenang berteduh di bibirmu, pelabuhan asmara.”
Engkau tertawa manja lalu tunduk malu-malu
Aku dekap jemarimu ‘tuk rasakan getaran cinta, aku yakin:
“Tiada dosa dalam cinta. Rindu yang engkau titipkan
Menambah cemerlang putih warna jubahku.”
Suatu senja di lorong biara
Kita sama-sama temaram
Senja jingga percintaan
Nenuk, 17 Maret 2018
Rambut Tergerai
:A.T.
Di kapel suci
Aku masih memandangmu
Senyummu merekah kalem, suatu berkah
Menyembuhkan hati yang sedang gundah
Rambutmu tergerai berpias, di sana
Kutemukan unataian-untaian keindahan
Wahai, engkau perempuan adalah yang terindah
Dari segala keindahan yang diciptakan Tuhan
Aku tak letih-letihnya mengagumimu
Lalu menulis puisi tentangmu di malam sunyi
Dan di kapel suci kuberdoa:
Tuhan, bolehkah aku memiliki dia?
Minggu, 18 Maret 2018
Secangkir Teh
: A.T.
Engkau singgah di dapur biara
Menawarkan aku secangkir teh:
“Ef Er, minum teh ini? Tanpa gula.
Aku menyeduhnya dengan rindu dan setia.
Rasanya adalah asmara dan akan tinggal nostalgia.”
Aku tersenyum kecil
Senyum seorang penyair amatir.
Aku menikmati teh itu
Bukan dengan bibirku
Tapi jiwaku dan di dasar cangkir itu
Aku temukan setangkai mawar yang masih segar
Hatimu yang tulus matamu yang jujur.
Engkau adalah mawar merah
Yang tumbuh di taman ingatan, dan
Aku rindu minum teh tanpa gula
Bersamamu ketika bulan purnama
Terbit di langit bibirmu.
Nenuk, 22 Maret 2018
Dari Jendela Kamar Makan
:A.T.
Dari jendela kamar makan
Aku rekam jejak petualanganmu,
Engkau ingin jadi merpati
Terbang bebas meraih cakrawala
Untuk memeluk bulan mendekap gemintang
Engkau ingin masa depan yang gemilang
Engkau ingin tetap tertawa
Engkau ingin tetap tersenyum
Meskipun asap dapur menggugurkan air matamu
Dari jendela kamar makan
Aku baru mengerti:
Seorang perempuan tampak cantik
Jika ia bersolek di dapur .
Nenuk, 22 Maret 2018
*Edy Soge Ef Er, dilahirkan di Hewa (Flores Timur), 27 Oktober 1996. Menulis puisi, cerpen, dan drama sejak di SMA Seminari San Dominggo Hokeng. Sekarang sedang menempuh pendidikkan filsafat pada STFK Ledalero Maumere, Flores, NTT. Nomor HP: 082119450638.