Kupang, Vox NTT- Golkar tingkat pusat hingga daerah termasuk di Nusa Tenggara Timur adalah partai yang sejak awal terbentuknya merupakan wadah bersama seluruh elemen masyarakat.
Dalam partai berkostum khas kuning itu hingga kini teruji nasionalismenya mengawal Pancasila, UUD 45 serta menegakkan NKRI.
Sumber kekuatannya adalah karena dalam tubuh Golkar tidak mengenal sekat terkait berbagai perbedaan seperti ras, agama, daerah atau perbedaan lainnya.
Demikian antara lain sari diskusi publik bertema Golkar Berkarya Lintas Zaman, di DPD Golkar NTT di Kupang, Sabtu (20/10/2018).
Dibuka oleh Ketua DPD I Golkar NTT, Melki Laka Lena yang didamping sekretarisnya, Inche Sayuna, diskusi itu merupakan puncak dari rangkaian ancara peringatan HUT Golkar ke-54 tingkat provinsi.
Tampak hadir Wakil Guber nur NTT Josef Nae Soi, Bupati Sabu Raijua Nikodemus Rihi Heke, para sesepuh Golkar NTT seperti JN Manafe, Frans Skera, Felix Pullu, Acry Deo Datus, Daniel Adoe, Umbu Saga Anakaka dan kalangan pengurus Golkar NTT bersama ratusan mahasiswa.
Dipandu Pius Rengka, diskusi berlangsung seru dan penuh semangat.
Josef Nae Soi menegaskan tidak ada sekat di tubuh Partai Golkar mulai dari pusat hingga daerah. Itu karena Golkar adalah partai nasionalis yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
“Bagi saya terhadap Partai Golkar, ada paduan antara benci tapi juga mencintainya,” kata Josef Nae Soi.
Ia mengakui, pada awalnya atau ketika dirinya masih sebagai aktivis mahasiswa, sangat membenci Golkar karena yang dia tahu dalam partai ini tidak demokratis.
Sumber kebencian lainnya adalah karena ia sering mendengar kalau di Golkar NTT sering diwarnai pergesekan hanya karena perbedaan agama terutama antara Katolik dan Protestan.
Namun kebencian itu langsung pupus setelah Yosef Nae Soi bergabung dengan Golkar sejak tahun 1997.
Diakui setelah di dalam, ia menyaksikan proses pengambilan keputusan ternyata selalu demokratis.
Isu adanya pergesekan karena perbedaan agama di tubuh Golkar NTT pun terbantah dengan sendirinya.
Bagi Yosef Nae Soi (yang Katolik), bantahan itu terjadi setelah ia ditemui oleh JN Manafe (Protestan) yang adalah Ketua Golkar NTT, 21 tahun lalu, dengan rekomendai mengejutkan.
Katanya, JN Manafe malah yang merekomendasikan Yosef Nae Soi menjabat Ketua Bidang Keagamaan di DPP Golkar.
“Rekomendasi itu sekaligus membuktikan tidak benar ada pergesekan karena perbedaan agama di Golkar NTT,” kisahnya.
Perihal isu adanya pergesekan dalam tubuh Golkar NTT karena perbedaan agama atau persaingan antar suku, juga terbantahkan dari kesaksian mantan Wali Kota Kupang, Daniel Adoe yang hingga kini tetap Golkar.
Daniel Adoe (protestan) mengaku guru politiknya di Golkar dulu adalah orang Flores yang Katolik .
“Selama bersama Golkar, yang membesarkan saya bukan orang Rote sesama daerah asal saya, tapi justru orang Flores,” katanya.
Mantan Ketua Golkar NTT, JN Manafe mengingatkan keadilan dan pemerataan dalah fondasi kekuatan Golkar. Kekuatan itu harus terwujud melalui penentuan caleg dan juga dalam struktur kepengurusan.
“Unsur kekuatan itu harus tetap dijaga kedepannya,” tutur JN Manafe.
Penulis: Ardy Abba