Borong, Vox NTT- Salah satu warga Desa Compang Laho, Kecamatan Poco Ranaka yang tidak ingin namanya dimediakan menduga proyek air minum bersih di Lonto Ulu milik oknum anggota DPRD Manggarai Timur (Matim), Siprianus Habur.
“Ini kan proyeknya pa Sipri. Itu hari beliau ke sini, kami minta air minum. Jadi munculah air minum ini. Ini hasil perjuangan dia untuk kami di sini,” kata sumber itu kepada VoxNtt.com, Sabtu pagi (18/10/2018).
Proyek air minun di Lonto Ulu, Desa Compang Laho, Kecamatan Poco Ranaka tersebut hingga kini bermasalah.
Pasalnya, sebelum pengerjaan proyek itu, pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Matim melakukan survey mata air di lingko Tengku Pepe yang terletak di Desa Deno. Namun dalam pelaksanaannya kontraktor hanya mengambil air dari pipa BLUD SPAM di Deno.
Dia mencurigai bahwa, proyek itu bermasalah. Dengan alasan pemindahan sepihak sumber air oleh kontraktor dan dinas PUPR Matim.
“Dari informasi yang kami peroleh, kontraktornya takut angkut material dari jalan raya menuju mata air pak. Makanya dia pilih ambil jalan pintas, ambil air di pipa BLUD SPAM di Deno,” ujar sumber itu.
“Kontraktornya dari sekitar kita. Namanya Polus Rame. Dia yang kerja proyek ini. Tapi, dia tidak pernah muncul lagi lihat proyek ini,” sambungnya.
Warga itu mengaku kesal dan kecewa lantaran sampai hari ini proyek air minum itu tidak bermanfaat bagi masyarakat. Airnya sudah tidak mengalir.
“Kami ini rasa kecewa betul. Kami merasa dipermainkan betul oleh pemerintah daerah ini,” keluhnya.
Warga itu pun meminta kepada anggota DPRD Matim, Siprianus Habur untuk mengawal proyek itu sehingga bermanfaat bagi masyarakat setempat.
Ia menyayangkan, uang Negara sudah digelontorkan, malah proyeknya menjadi mubazir.
Sebelumnya, anggota DPRD Matim Sipri Habur saat dikonfirmasi VoxNtt.com melalui messenger berjanji akan mengecek kondisi proyek air minum di Lonto Ulu.
“Selamat sore ase (adik), besok saya coba kontak teman BlUD SPAM, karena air itu ambil di pipa yang ke Bea muring. Saya akan cek nanti. Terima kasih atas informasinya,” tulis Sipri kepada VoxNtt, baru-baru ini.
Atas janji itu, masyarakat pun sampai hari ini menunggu perbaikan proyek air di Lonto Ulu.
Namun, sampai hari ini kondisi proyek tetap sama. Baknya kering tanpa air. Kran di rumah warga pun tanpak mubazir.
Akibatnya, warga kini harus mengambil air untuk kebutuhan rumah tangga dengan berjalan kaki dua kilo meter.
Mereka harus memikul jeriken dan baskom pakaian menuju mata air di hutan yang letaknya cukup jauh dari rumah.
Setiap pagi dan sore, warga beramai-ramai memikul jeriken bersama anak-anak demi mendapatkan air.
Bahkan ada yang membawa 15 jeriken dengan berjalan kaki. Adapula yang mengangkut air dengan kendaraan bermotor.
Penulis: Nansianus Taris
Editor: Ardy Abba