Ende, Vox NTT-Wakil Bupati Ende, H. Djafar Haji Achmad menyebutkan, musibah kebakaran di Perkampungan Adat Nggela mesti dijadikan bahan evaluasi semua pihak. Sebab, musibah kali ini, kata Djafar, dikategorikan sebagai bencana terbesar sepanjang sejarah.
Ia menegaskan, perkampungan adat Nggela dapat dibangun kembali apabila ada intervensi dari semua pihak. Namun paling penting baginya adalah asas gotong royong masyarakat yang diwariskan leluhur sebagai dasar pijak.
“Sepanjang sejarah kampung adat, saya melihat, bencana kampung adat Nggela terbesar di Ende. Nah, ini sebagai bahan evaluasi semua pihak termasuk masyarakat setempat,”ujar Wabup Djafar.
“Kita berupaya terobosan-terobosan baru dengan berkomunikasi dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat untuk membangun kembali. Tapi yang paling penting dan wajib dijalankan oleh masyarakat adalah asas gotong royong,”tegas dia.
Ia mengatakan, agar perkampungan adat itu memiliki nilai magis, maka warisan nenek moyang dipertahankan. Salah satunya adalah membangun perkampungan ada secara gotong royong.
Djafar mengisahkan asas gotong royong para leluhur dahulu di wilayah Lio yang menjadi bagian peradaban. Misalnya tradisi “ghuru mana” yang masih melekat hingga saat ini.
Tradisi itu menjadi sebuah bingkai keberadaan pada konteks strata sosial.
“Orang tidak melihat si A kaya dan si B miskin. Tetapi nilai kebersamaan dalam membangun sebuah perkampungan itu mesti menjadi landasan dalam kehidupan masyakarat di Ende,”imbuh Wabup.
Diketahui, perkampungan adat Nggela, Kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur dilanda musibah kebakaran pada Senin, (29/10/2018) sekitar pukul 14.00 Wita. Akibatnya, 33 rumah ludes terbakar diantaranya 22 rumah adat dan sisanya rumah warga dan balai pertemuan.
Kapolres Ende, AKBP Achmad Muzayin menyatakan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Hingga saat ini, polisi masih melakukan penyelidikan.
Penulis: Ian Bala
Editor: Ardy Abba