*)Cerpen Edy Soge Ef Er*
# Catatan Untuk Lelakiku, Adam
Adam kekasihku, aku sadar dan mengerti bahwa aku tidak bisa hidup sendiri. No man is an island. Aku disebut manusia perempuan karena ada engkau lelakiku, Adam. Ini realitas kodrati eksistensial kita.
Kita tidak bisa mengingkari bahwa Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan. Allah tidak pernah menciptakan hanya satu orang manusia sebab tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja (Kej. 2:18).
Hakikat penciptaan adalah komunio-persekutuan-kebersamaan antara laki-laki dan perempuan dan bukan sebuah keterpisahan tanpa relasi apapun.
Allah menghendaki sebuah dinamika relasional, hubungan timbal balik, komunikasi dalam kasih. Namun engkau kurang paham akan hakikat penciptaan bahwa kita sederajat.
Engkau telah menjadi bodoh karena kekuasaan. Engkau sama sekali tidak cerdas secara emosional dan spiritual karena jabatan. Kuasa dan jabatan melumpuhkan kemanusiaanmu.
Karena itu aku menulis ini sebagai catatan untukmu agar engkau tahu bahwa aku perempuan ada, mampu bersuara dan sebetulnya menjadi penolongmu untuk sebuah perjalanan peradaban. Harap kamu bisa membacanya.
Ketika fajar pecah di jendela kamarku aku merangkai narasi ini. Narasi yang ditenun di dalam kamar seorang perempuan yang telah engkau jadikan pelacur. Aku menulis tentang eksistensiku. Sebelumnya engkau harus membaca puisiku.
PESAN SEORANG PELACUR
malam gemerlapan bertakhta megah
derita hidup menangkup birahi
kadang ia begitu bahagia
bayaran yang menjanjikan.
cahaya temaram mempercantik kenyal dada
sering ia menjerit genit
harga diri bagai kue coklat
penetrasi tuan berdasi berhasil.
ia lemas mengemas peluh
sambil mengenakan celana dalam hitam
ia berpesan:
“Ketika darah mencemari urat dan lidah mengingkari kata, aku hanya ingin engkau berdiri sendiri di atas huruf-huruf doamu.“
“Seorang pelacur adalah pendoa yang gagal bagi dirinya sendiri,“ politisi bergumam
malam menjadi semakin kelam.
Aku perempuan pasrah tak berdaya-telentang manis memendam amarah tak terucap. Aku dibaringkan di padang gurun ranjang nafsu dan birahi milikmu Adam kekasihku, lelaki penguasa.
Aku layu, lunglai, lalu ranggas. Engkau bebas menelusuri lekuk indah tubuhku perempuan malang. Tanpa beban dosa engkau menyusuri lorong-lorong indah tubuhku. Singgah di telagaku yang menyimpan air kehidupan.
Aduh, engkau merobek rumahku, Adam. Aku menangis. Engkau tak peduli. Dengan kasar engkau memetik apel ranum di dadaku, meremasnya hingga kenyalku tak kenyal. Betapa jahat engkau, Adam. Engkau menjual aku dengan rupiah yang tak aku ketahui berapa jumlahnya. Aku dijual. Selesai!
Adam kekasihku, dengarlah jeritan tangisku. Tangis dari jiwa yang sepi. Jiwa seorang perempuan jalang-melalang-merandap ilalang malam, malam-malam panjang. Dan pada malam-malam itu juga aku menarasikan serangkaian tanya. Mengapa aku diciptakan? Mengapa aku telanjang? Apakah ini gambaran tanpa dosa? Apakah ini cinta dan keindahan? Aku rindu untuk kembali ke firdaus. Di sana aku bisa telanjang lagi di hadapanmu, Adam. Tetapi mengapa engkau masih menganggap dirimu lebih besar, tinggi, agung dan berkuasa?
Engkau dengan enteng menjawab sebab perempuan tercipta dari rusukku. “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan sebab ia diambil dari laki-laki” (kej. 2:21-23). Apa artinya tulang rusuk, Adam. Rusuk lebih dekat dengan hati. Ia menjadi pelindung hati. Engkau adalah pelindung. Engkaulah pendamping jiwa. Ingat, Tuhan tidak mengambil tulang yang lain tetapi rusukmu, Adam. Ingat baik baik-baik hakikat dan esensi tulang rusuk. Jangan engkau mengkhianati kodratmu sendiri.
Sekali waktu engkau memberikan testimoni subjektif yang mencoreng moralitas dan begitu bangga mengagungkan uang. Engkau bersaksi: „Akulah adam. Akulah laki-laki, penguasa negeri ini. Satu hal penting yang menjadi cita-citaku adalah meningkatkan human trafficking demi uang, uang dan uang. Uang adalah segalanya. Tuhan sekalipun mampu dikalahkan uang. Agama dipolitisai oleh uang, religius jatuh karena uang.
Ah, uang adalah satu-satunya. Karena itu penting bagi saya untuk menjalankan transaksi jual beli manusia. Manusia perempuan harus dijual sebab ia adalah keindahan yang perlu dinikmati. Perempuan, makhluk terindah yang tercipta dari rusukku.”
Begitu congkaknya engkau Adam, kekasihku. Engkau adalah setan peradaban. Sekarang adalah saatnya aku berbicara. Dengarkan aku.
Adam kekasih yang terhormat, aku akui aku tercipta dari engkau. Tetapi bukan berarti aku lebih rendah darimu Adam, hai laki-laki. Ini adalah kesamaan martabat kita, perempuan dan laki-laki, “Memiliki tulang dan daging yang sama” (Kej. 2:23). Aku juga penolong yang sepadan dengan engkau Adam (Kej 2:21-23).
Karena itu kita saling membutuhkan satu sama lain, khususnya dalam hidup perkawinan. Ingat pesan rasul Paulus, “Dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah.”
Ok Adam, aku juga mohon maaf karena kau cepat tergoda. Aku lebih dulu jatuh. Ular itu cerdik Adam. Hati-hati ya Adam. Awas digigit ular. Racun ular adalah uang dan kuasa. Tetapi bagaimana ya, kamu sudah minum racun itu. Dan aku telah kamu racuni dengan racun itu. Ah, sudahlah.
Oh, aku juga sangat bangga saat ini. Meskipun aku tergoda, aku masih sempat mengingat perintah Allah (Kej. 3:2-3). Sedangkan ketika aku memberikan buah terlarang itu engkau lansung memakannya tanpa peduli pada perintah Allah (Kej. 3:6b). Ternyata engkau rakus, Adam. Engkau pelahap, engkau agresif. Engkau liar, Adam.
Ingat, Allah menuntut pertanggungjawabanmu pertama-tama (Kej. 3:9-12), setelah itu baru aku perempuan (Kej. 3:13). Karena itu, dalam pengajarannya mengenai dosa, rasul Paulus sendiri tidak mempersalahkan aku, hawa-perempuan (1Tim 2:24), melainkan engkau adam-laki-laki sebagai sumber dosa dan maut (Rom. 5:12-21). Engkau adalah dosa adam. Engkau adalah ular. Engkau adalah penguasa.
Adam kekasihku, demikianlah catatanku, suaraku, suara minor yang mungkin mengguncang nuranimu. Selamat membaca dan semoga engkau sanggup membaca dirimu sendiri.
Ledalero, 6 Oktober 2018.
*Edy Soge Ef Er, anggota Arung Sastra Ledalero. Tinggal di unit Gabriel.