Kefamenanu,Vox NTT- DPRD TTU mengendus adanya tiga proyek “siluman” senilai Rp 3,75 miliar lebih di kabupaten itu.
Tiga proyek yang diduga “siluman” itu yakni proyek jalan Oenak-Haekto sebesar Rp 2 miliar lebih, jalan Nian-Oelneke sebesar Rp 1 miliar lebih dan proyek pembangunan jembatan Nonobarus senilai Rp 750 juta.
Proyek-proyek tersebut dikerjakan dengan dana yang bersumber dari dana alokasi umum (DAU) pada dinas PUPR Kabupaten TTU tahun anggaran 2018.
Munculnya dugaan jika tiga proyek dimaksud itu “siluman” lantaran dalam pembahasan APBD induk tahun 2018, ruas jalan yang ditetapkan yakni ruas jalan Oeperigi-Haekto. Namun dalam pengerjaannya malah dipindahkan ke ruas jalan Oenak-Haekto.
Sedangkan untuk proyek jalan Nian-Oelneke dan jembatan Nonobarus dalam pembahasan APBD induk tahun anggaran 2018 sudah dicoret oleh DPRD. Tetapi dalam perjalanan proyek tersebut muncul dalam APBD induk tahun anggaran 2018 tanpa adanya pembahasan di DPRD lagi.
“Karena seperti jalan Nian-Oelneke dan jembatan Nonobarus kan sudah dibatalkan di Banggar, namun kemudian muncul dalam buku APBD, itu kan kemudian menjadi pertanyaan,” ujar Ketua DPRD TTU, Hendrikus Frengki Saunoah ketika diwawancarai VoxNtt.com usai sidang pembahasan RAPBD tahun anggaran 2019, Senin (12/11/2018) malam.
Terkait dugaan adanya keterlibatan oknum anggota DPRD TTU dalam persoalan tersebut, Ketua DPC PDIP TTU itu mengaku belum mengetahuinya.
Sebab itu, ia akan segera memanggil Kepala Dinas PUPR Kabupaten TTU guna mendapatkan informasi yang lebih lengkap.
“Di sidang-sidang paripurna terlebih dahulu kita sudah menyampaikan kekecewaan kita untuk tolong hal seperti ini tidak boleh terjadi lagi karena ini kan menunjukkan ketidakpatuhan kita terhadap hasil pembahasan, ” tutur legislator asal dapil Insana itu.
Sementara itu, Kepala Dinas PUPR Kabupaten TTU Januarius Salem saat dikonfirmasi media ini membantah adanya dugaan proyek “siluman” tersebut.
Menurutnya, ketiga proyek tersebut sudah ada dalam dokumen pelaksanaan anggaran (DPA), sehingga Dinas PUPR TTU berani untuk mengerjakannya.
“Semuanya ada dalam DPA, kalau tidak ada dalam DPA tidak mungkin kita kerjakan,” ujar Januarius.
“Semua proyek itu melalui pembahasan,hanya waktu itu semua teman-teman fokus pada jalan Kukun-Maurisu,setelah jalan kukun-maurisu selesai dibahas mereka langsung ketok (tetapkan) tanpa baca per item lagi,” jelas Januarius.
Penulis: Eman Tabean
Editor: Ardy Abba