Kupang, Vox NTT-Gusti Brewon, pembicara dari Forum Academia NTT menyoroti wacana pemerintah Kota Kupang untuk menutup lokalisasi Karang Dempel (KD).
Hal ini diutarakan Gusti dalam seminar publik bertajuk Lokalisasi dan Pencegahan HIV/AIDS yang dilaksanakan di Karang Dempel, Rabu, (14/11/2018).
Menurut dia, penutupan lokalisasi KD hanya akan menyiapkan bom waktu yang akan meledak kapan saja. Pasalnya bisnis esek-esek yang sebelumnya terlokalisasi ini, akan makin tidak terkontrol sebarannya.
Gusti berharap, Pemkot Kupang meski menyiapkan data yang akurat dan kajian mendalam mengenai dampak HIV/AIDS yang ditularkan oleh PSK di Karang Dempel.
Jika harus ditertibkan sesuai dengan instruksi pusat, maka semua spot-spot lokalisasi yang terbuka atau pun tertutup seperti di hotel-hotel mestinya ditutup juga.
Selain itu, lanjut dia, pemerintah mesti menjamin ketika para PSK keluar dari KD harus difasilitasi dengan baik dari segi kesehatan, ekonomi serta hak-hak sosial mereka. Jangan sampai akan menimbulkan masalah baru dan beragam.
“Pemkota silahkan urus air PDAM dulu, sebelum mengurus soal Air Mani,” sambungnya.
Gusti juga mengungkapkan, pada pemilihan wali kota beberapa waktu lalu, wali kota terpilih, Jefry Riwu Kore dan wakilnya, Herman Man mendulang suara banyak dari daerah lingkungan lokalisasi.
“Saya sudah cek, Pak Jefry dulu raih suara tinggi dari Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang berada di sekitar lokasi Karang Dempel ini. Soal pemulangan, dasarnya apa ? Sebenarnya, pemerintah mesti menyiapakan kajian dengan data yang akurat. Kalau mau tutup, apa yang mau ditutup? Ini bangunan kan izinya penginapan. Jadi semua orang bebas tinggal dan menginap di sini yang penting yah bayar”, tegas Gusti berbalut lelucon.
Dalam diskusi ini turut hadir beberapa pembicara seperti Pendeta Emmy Sehertian, aktivis peduli HIV/AIDS, Balqis Soraya Tanof, Sosiolog dari Universitas Nusa Cendana Kupang dan Feliksberto Amaral, Kepala Dinas Sosial Kota Kupang.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Irvan K