Ende, Vox NTT- Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Ende menggelar lomba ikat motif tenun ikat di Aula Onekore, Kamis (15/11/2018). Ada dua kategori yang dilombakan yakni lomba motif tradisional dan kontemporer.
Ketua Dekranasda Ende, Mathilda G.A. Petu menjelaskan, lomba ikat motif itu bertujuan untuk menggali serta melestarikan motif dan ragam hias tenun tradisional.
Selain itu, untuk membangkitkan semangat kaum perempuan dalam menciptakan motif modern atau kontemporer sesuai perkembangan kemampuan pengetahuan.
Ia menjelaskan, untuk kategori motif tradisional, para penenun berhak untuk menentukan jenis motif sesuai keinginan. Sementara kategori kontemporer merupakan bagian dari kreativitas masing-masing penenun.
Baca: 11 Motif Tenun Ikat Ende Jadi Hak Paten
Peserta yang mengikuti perlombaan berasal dari 21 Kecamatan. Masing-masing kecamatan memiliki dua penenun sesuai kategori.
Hasil lomba ikat motif akan dinilai oleh dewan juri yang sudah ditentukan. Ada tiga dewan juri yakni Ali Abubekar Pae dari praktisi tenun ikat, Maria Lawi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Maesara Azhari dari Fanny Art Shop.
Jati Diri
Bupati Ende, Marselinus Y.W. Petu, yang membuka kegiatan itu berharap, agar para penenun dapat mengetahui tentang sejarah tenun.
Hal ini ia tegaskan untuk kepentingan pasar serta nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam setiap motif.
Bupati Marsel menjelaskan, bahwa tenun ikat merupakan jati diri masing-masing pribadi. Sebab, pada setiap motif melukiskan simbol keberadaban hidup para leluhur.
“Kita harus menghargai karena tenun adalah jati diri seseorang. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang memiliki jati diri. Kehadiran para penenun ini mau menunjukan kabupaten Ende memiliki jati diri. Kita mau menunjukan bahwa Ende memiliki jati diri,” tegas Bupati Marsel.
Ia berharap agar perlombaan semacam ini dilakukan secara terus menerus. Bupati mengusulkan perlombaan dibagi beberapa kategori usia. Sehingga regenerasi juga dapat berjalan.
Penulis: Ian Bala
Editor: Boni J